I. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui dan
melakukan analisa kotoran pada minyak sawit.
II. Alat dan Bahan
Alat :
Kertas saring, oven listrik,
neraca analitik, Erlenmeyer, corong glass, dan pipet.
Bahan ;
Contoh minyak sawit dan N-Hexan
III.
Cara Kerja
- Menempatkan minyak dalam oven dengan suhu 45-50c sampai jernih semua.
- Sebelum mengambil contoh minyak, minyak yang telah mencair tadi dihomogenkan dengan cara mengaduk terlebih dahulu.
- Menimbang kertas saring.
- Menempatkan kertas saring pada corong glass.
- Menimbang dengan teliti ± 20 gram minyak dalam Erlenmeyer 100 ml.
- Menambahkan 50 ml N-Hexan dan mengoyang-goyangkan sampai seluruh minyak melarut, jika perlu dapat dipanaskan.
- Menyaring melalui kertas saring yang telah disiapkan, mencuci serta mengulangi dengan menggunak N-Hexan sampai minya yang menempel pada kertas saring tidak ada (bersih)
- Mengeringkan kertas saring dalam oven suhu 105oc sampai kering (± 30 menit).
- Mendiginkan dalam eksikator selama ±15 menit.
- Menimbang dengan 4 desimal dengan 2 kali ulangan.
- Menghitung % kadar kotoran dengan rumus.
% kadar Kotoran = M1-M2/B X100%
Ket :
- M1 = berat kertas saring dan sisa yang tidak terlarut
- M2 = berat kertas saring kosong (gram)
- B = berat contoh minyak sawit (gram)
IV. Hasil Pengamatan.
Berat kertas saring kosong
- (2)= 1,0635 gr
- (3)= 1,0615 gr
- (4)= 1,0688 gr
Berat kertas saring + sisa
kotoran
- (2)= 1,2070 gr
- (3)= 1,2068 gr
- (4)= 1,2345 gr
% Kadar Kotoran
- (2) = M1-M2/ X100% = 1,2070 gr-1,2070 gr / 20gr = 0,72%
- (3) = 1,2068 gr-1,0615 gr / 20gr = 0,73%
- (4) = 1,2345 gr-1,0688 gr / 20gr = 0,83%
Rata-rata kadar kotoran
- = 0,72% + 0,73% + 0,83% /3
- = 0,76 %
V. Pembahasan
Dalam praktikum pengujian kadar
kotoran minyak sawit ini menggunakan tiga sampel minyak, untuk menghasilkan
data yang benar-benar mewakili kadar kotoran dari keseluruhan minyak sawit.
Karena sampel minyak sawit
sudah didiamkan selama beberapa hari dan mengendap, sehingga perlu dipanaskan
kembali dan diaduk untuk dihomogenkan. Sebagai pelarut minyak digunakan
N-Hexan, karena daya bakarnya lebih tinggi dari bensin dan tidak berwarna,
namun lebih mahal. Tapi N-Hexan lebih murah jika dibandingkan alkohol.
Penyaringan kotoran menggunakan
kertas saring sampai minyak yang ada pada kertas saring tidak ada, yang ada
hanya kotorannya yang menempel pada kertas saring. Pemanasan kertas saring
bertujuan untuk menghilangkan kadar air, sehingga yang ditimbang benar-benar
merupakan berat dari kadar kotoran minyak.
Dari hasil praktikum ini
didapatkan kadar kotoran minyak sawit rata-rata sebesar 0,76 %. Hal ini jika
dibandingkan dengan kadar kotoran minyak sawit standar (< 0,01 %) tentu
sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena dalam proses pengambilan dari sampel
minyak pada acara praktikum sebelumnya tentang sterilisasi tidak melalui Sludge
Separator, sehingga kotoran terbawa cukup banyak bersama dengan CPO. Slude
Separator adalah alat untuk memproses pemisahan slude (lumpur/kotoran) terhadap
minyak dan air.
Standar kualitas minyak sawit /
CPO (Crude Palm Oil) :
• Kadar ALB < 3,50 %
• Kadar air < 0,10 %
• Kadar kotoran < 0,01 %
Kadar kotoran yang lebih tinggi
dari standar dapat menyebabkan kerusakan kualitas minyak dalam stasiun
pemimbunan produk (tangki timbun), karena kotoran mengkontaminasi minyak
sehingga mengaktifkan mikroba dan enzim (terutama enzim lipase) yang bereaksi
dan menghasilkan asam lemak bebas dan perubahan pada warna minyak serta bau
tengik.
Stasiun pemurnian atau
clarifier yaitu stasiun pengolahan di PKS yang bertujuan untuk melakukan
pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran-kotoran, seperti padatan (solid),
lumpur (sludge) dan air. Agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin
dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak. Dilakukan dengan proses
penyaringan dengan saringan getar untuk menyaring padatan (solid) berupa
serabut kasar. Solid yaitu padatan dengan akdar minyak maksimum 3,5 % dari
berat sampel, solid yang dihasilkan selanjutnya diaplikasikan ke kebun sebgaai
pupuk. Kemudian minyak dipanaskan untuk memperbesar perbedaan beda jenis (BJ)
antara minyak, air, dan lumpur sehingga akan sangat membantu dalam proses
pengendapan untuk dipisahkan kotorannya dalam Continous Settling Tank (CST).
Lumpur dialirkan melalui sludge
separator dan diendapkan lagi untuk memisahkan sisa-sisa minyak dari lumpur.
Sedangkan air dikeluarkan melalui vat-put untuk ditampung di kolam penampungan
limbah.
VI. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari
praktikum dengan acara analisa kadar kotoran pada minyak sawit adalah:
- Kadar kotorang standar < 0,01 % sedangkan pada praktikum ini kadar kotoran minyak sawit yang dihasilkan sebanyak 0,76 %.
- Akibat dari tingginya kadar kotoran yang terdapat pada minyak kelapa sawit menyebabkan kualitas minyak menjadi rendah dan menyebabkan kadar ALB menjadi tinggi.
VII. Daftar Pustaka
- Lubis, Adlin U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Indonesia Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
- Pahan, Iyung. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
- Sudarmini. 2015. Petunjuk Praktikum Pengolahan Hasil Perkebunan.
Comments
Post a Comment