Skip to main content

ANALISA FP,K3 DAN KKB


 ANALISA FP,K3 DAN KKB

I. Tujuan.
Mahasiswa dapat menentukan faktor pengering (FP), kadar karet kering (KKK), dan air pengencer berdasarkan kadar karet beku (KKB) yang diinginkan.

II. Alat dan Bahan.
Alat :
Mangkok sadap, pengaduk, penggiilingan, pipet 25ml, mesin gilingan karet, kain blanco, oven, gelas ukur, beaker glass dan timbangan.

Bahan :
Latex segar, asam formiat 2%, amoniak dan air.

III. Cara Kerja.
  • Penentan Faktor Pengering (FP).
  1. Mengambil 25 ml lateks segar dan memasukkan dalam beaker glass.
  2. Menambahkan 2 ml Asam Formiat 2 ml, mengaduk hingga rata lalu mendiamkan sampai membeku.
  3. Kemudian lumps digiling menggunakan mesin penggiling dengan ketebalan ±1mm (berupa lembaran).
  4. Bila lembaran masih ada air maka dikeringkan dengan blanco.
  5. Menimbang karet sebagai berat basah (BB).
  6. Mengeringkan dengan oven pada suhu 100oC sampai kering (warna coklat terang).
  7. Dinginkan. Lalu timbang sebagai berat kering (BK).
  8. Menghitung FP dengan rumus sebagai berikut :

 FP = BK/BB X 100%

  • Penentuan Kadar Karet Kering (KKK).

  1. Mengambil 25 ml latekx segar lalu memasukkan kedalam beaker glass.
  2. Menambahkan 2 ml Asam Formiat 2%, mengaduk hingga rata lalu mendiamkan sampai membeku.
  3. Kemudian menggiling lumps menggunakan mesin penggiling dengan ketebalan ±1mm (berupa lembaran).
  4. Bila lembaran masih ada air maka dikeringkan dengan kain blanco.
  5. Menimbang karet sebagai berat basah (BB).
  6. Menghitung KKK dengan rumus sebagai berikut :
KKK = FP X BB X 25/100

  • Kadar Karet Beku (KKB).

  1. Mengambil 25 ml latex segar memasukkan kedalam beaker glass (mengulangi 2x)
  2. Menambahkan air pengencer (AP) s/d KKB 14% dan KKB = 16% dengan rumus AP= KKK-KKB 14 %/KKB16% X Volume Lateks
  3. Menambahkan masing-masing asam formiat 2% sebanyak 2ml
  4. Mengaduk rata lalu mendiamkan sampai membeku.
  5. Mengamati waktu antara selesai pengadukan smapai dengan saat membeku, membandingkan antara KKB 14% dan 16%.
  6. Mengamati kekerasan lumps kedua perlakuan (semakin keras + semakin banyak, dan maksimal 4).
  7. Mengamati serumnya kedu perlakuan (semakin keras + semakin banyak, maksiamal 4).
  8. Kemudian menggiling lumps menggunakan mesin penggiling dengan ketebalan ±1mm.
  9. Bila lembaran masih ada air maka dikeringkan dengan kain blanco.
  10. Menimbang karet sebagai berat basah (BB).
  11. Menghitung rendemen KKB 14% dan KKB 16% dengan rumus sebagai berikut : Rendemen (%) =FP X BB X 25/100.
  12. Membuat hasil pengamatan lama bekuan, kekerasan bekuan, warna serum, berat basah dan rendemen pada kedua KKb dalam bentuk tabel.

V. Pembahasan
Penentuan Faktor Pengering (FP) dan Kadar Karet Kering (K3), pada lateks bertujuan untuk membandingkan antara berat basah dan berat kering. Biasanya penentuan FP dilakukan pada saat pergantian musim, karena kondisi lateks pada musim hujan dan musim kemarau berbeda, atau dilakukan 3 bulan sekali. Manfaat diadakannya penentuan FP ini agar mempermudah penentuan K3 dan perhitungan rendemen. Dalam penentuan FP dan K3 ini, pada praktikum lateks sebanyak 25 ml dicampur dengan asam formiat 2ml 2% kemudian diaduk. Pengadukan bertujuan agar asam formiat bersifat homogen pada waktu pengeringan, pengering dengan suhu rendah hingga 6 hari kedepan. Hasil perhitungan didapat FP sebesar 87,90% dan K3 42,54%. Kadar Karet Kering (K3), merupakan kandungan padatan karet persatuan berat ( % ) yang telah dilakukan menggunakan prinsip dalam metode pemisahan karet dari lateks yang dilakukan dengan cara pembekuan, pencucian dan pengeringan. Kadar karet kering (K3) lateks atau bekuan sangat penting diketahui, karena selain dapat digunakan sebagai pedoman penetuan harga, akan tetapi juga merupakan standar dalam pemberian bahan kimia untuk pengolahan RSS, krep dan lateks pekat.
Untuk penentuan Kadar Karet Baku (KKB) dilakukan penambahan air pengencer sebesar 14%, dan 16% dan asam formiat. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan proses penggilingan sheet, mengurangi gelembung udara agar tidak terjadi west pot pada lembaran warna coklat timbul bintik-bintik menggelembung, memudahkan untuk lunaknya lump, mempercepat penaikan atau hilangnya gelembung udara dari dalam lateks, memudahkan meratanya asam yang dicampurkan untuk pembekuan, memudahkan penyaringan kotoran serta meyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap. Dari hasil pengamatan KKB dengan air pengencer 14% yaitu KKB 50,96ml dan rendemennya sebesar 42,89%, sedangkan KKB dengan air pengencer 16% yaitu KKB 41,47ml dan rendemennya sebesar 41,14%. Dan dari hasil pengamatan lama pembekuan KKB 16% lebih cepat 9 menit 34 detik dibandingkan dengan KKB14% 14 menit 50 detik, dan KKB 16% lebih keras bekuannya dibandingkan dengan KKB 14%, Warna cairan KKB 14% lebih keruh dan rendemen KKB 16% lebih rendah dibandingkan dengan KKB14% yakni 42,89%. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa penambahan air terlalu banyak dapat menurunkan rendemen, akan tetapi KKB 16% rendemennya lebih rendah sedikit dibandingkan KKB 14%. Selain itu jika penambahan air telalu banyak dapat mempersulit proses penggilingan, sebalikknya jika kekurangan air menyebabkan sheet mudah sobek.

VI. Kesimpulan
Pada hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa:
  • Penentuan FP adalah dasar penentuan dar K3 dan KKB, sehingga ketiga penentuain ini sangat penting dilakukan untuk karena selain dapat digunakan sebagai pedoman penetuan harga, akan tetapi juga merupakan standar dalam pemberian bahan kimia untuk pengolahan RSS, krep dan lateks pekat.
  • Penambahan air pengencer dan asam formiat pada KKB bertujuan untuk Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan proses penggilingan sheet, mengurangi gelembung udara agar tidak terjadi west pot pada lembaran warna coklat timbul bintik-bintik menggelembung, memudahkan untuk lunaknya lump, mempercepat penaikan atau hilangnya gelembung udara dari dalam lateks, memudahkan meratanya asam yang dicampurkan untuk pembekuan, memudahkan penyaringan kotoran serta meyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya dapat dijaga tetap.
  • Penambahan air pengencer juga harus sesuai, tidak boleh terlalu banyak dan terlalu sedikit karena sangat berpengaruh
VII. Daftar Pustaka
  • Ir. Sulaeman Nandang. 1982. Budidaya dan Pengolahan Lateks. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta.
  • Bapak Paiman Sarjono Atmanto. Diktat Pengolahan Hasil Perkebunan Karet.



Comments

Popular posts from this blog

KONSISTENSI TANAH

https://btcclicks.com/?r=80a97562 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU TANAH Acara                : Kosistensi Tanah Tujuan              : untuk mengetahui konsistensi suatu jenis tanah. Alat & Bahan Alat                   : Ember                              Papan Kayu                              Alat tulis Bahan                : Tanah diameter 2 mm dan Gumpalan                              Grumusol dan Latosol                              Aquades Cara Kerja Konsentrasi Kering Hancur Konsistensi Ditekan antara Tanah di tekan Lepas lepas Ibu jari dengan telunjuk Sedikit ditekan-tekan lunak Tekan keras Agak keras Telapak tangan Tekan kuat keras Ibu jari Tidak hancur Sangat keras ·           Konsistensi tanah Basal. 1.       Ambil tanah 2.       Tambahkan tanah dengan aquades 3.       Membedakan kelekatan dan plastisitas tanah Hasil

MENENTUKAN TEKSTUR TANAH

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU TANAH ACARA : MENENTUKAN TEKSTUR TANAH Tujuan : Menentukan tekstur tanah dengan metode kuantitatif dan kualitatif Alat & bahan  :         Alat        : gelas arloji         bahan     : aquades                          tanah grumusol dan ultisol Cara kerja   : a. Tekstur  :  penetapan tekstur tanah dengan metode kuantitatif menurut klasifikasi USDA pada gambar b. Stuktur tanah  segenggam tanah untuk diremas-remas untuk melepaskan agregatnya, sehingga tanah menjadi pasta liat atau kadar air antara BG da BC. jika kurang basah, maka dibasahi dikit demi sedikit sambil diremas.  tanah dibuat seperti bola dengan cara dikepal-kepal tanah dicoba pita secara ditekan dan didorong dengan secara hati-hati dengan ibu jari dangan alas jari telunjuk sampai ujung pita tanah melampaui ujung jari telunjuk tanah dibuat bubu, lalu digosok-gosokkan dengan jari pada telapak tangan  Hasil Pengamatan        wilye29.blogspot.

LAPORAN PKL DI PERKEBUNAN SAWIT

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN II Teknis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit ( Elaeis guinensis Jacq.) Di PT. Samukti Karya Lestari Kebun Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara Disusun Oleh: WIBOWO JABATINO S (12.05.0 115 ) PROGRAM DIPLOMA IV BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA 2015 HALAMAN PENGESAHAN Judul Laporan PKL II            : Teknis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit ( Elaeis guinensis Jacq.) di PT. Samukti Karya Lestari Kebun Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara. Nama                                     : Wibowo Jabatino S NIM                                       : 12.05.0115 Tanggal Ujian                        : 01 Desember 2015 Mengetahui Menyetujui Hartini SP., M.Sc Ketua Program Studi BTP D IV Fitria Nugraheni S, SP., M.