Makalah Tanaman Transgenik
BAB 1
1.1
Latar
Belakang
- Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Dari pengertian tersebut kami bermaksud untuk memahami lebih dalam mengenai tanaman transgenik ini , oleh karena itu kami menyusun makalah ini yang membahas tanaman transgenik.
1.2 Permasalahan
- Tanaman Transgenik memiliki banyak permasalahan untuk itu makalah ini dibuat untuk menjawab semua permaslahan yang ditujukan kepada tanaman transgenik.
1.3 Maksud
& Tujuan
- Maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk mengetahui arti dari tanaman transgenik, yang meliputi : pengertian, sejarah, contoh-contoh, penerapan (mengaplikasi), dampak (manfaat & kerugian), serta bagaimana tanaman transgenik di Indonesia.
1.4 Metode
Pengumpulan Data
- Data yang dikemukakan dalam makalah ini diperoleh dari satu sumber utama yaitu internet , yang dapat kami akses dan mengeksplorasi beberapa situs yang dapat menjadi sumber penyusunan makalah ini. Berikut kami sajikan situs web yang menjadi sumber penyusunan makalah ini :
www.wikipedia.org
, dengan link : http://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_transgenik
1.5 Sistematika
Makalah
ini disusun dengan sistematika :
v Bab 1 Pendahuluan : latar
belakang, permasalahan, maksud & tujuan, metode pengumpulan data,
sistematika
v Bab 2 Pembahasan : pengertian,
sejarah, pembuatan tanaman transgenik, aplikasi tanaman transgenik, dampak, tanaman
transgenik di Indonesia, contoh – contoh tanaman transgenik.
v Bab 3 Penutup : kesimpulan
BAB2
Pengertian
Tanaman
transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari
spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing
ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan,
misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan,
resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas
yang lebih tinggi dari tanaman alami. Sebagian besar rekayasa atau modifikasi
sifat tanaman dilakukan untuk mengatasi kebutuhan pangan penduduk dunia yang
semakin meningkat dan juga permasalahan kekurangan gizi manusia sehingga
pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bagian dari pemuliaan tanaman.
Sejarah
Sejarah
penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 ketika bakteri
Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang
dimilikinya ke dalam tanaman. Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama,
yaitu bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah
berhasil dikembangkan oleh manusia. Sejak saat itu, pengembangan tanaman
transgenik untuk kebutuhan komersial dan peningkatan tanaman terus dilakukan
manusia. Tanaman transgenik pertama yang berhasil diproduksi dan dipasarkan
adalah jagung dan kedelai. Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat
pada tahun 1996. Pada tahun 2004, lebih dari 80 juta hektar tanah pertanian di
dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia
merupakan kedelai transgenik.
Pembuatan Tanaman Transgenik
Untuk membuat suatu tanaman transgenik,
pertama-tama dilakukan identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan
sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang diinginkan dapat diambil dari
tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat
maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada
tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen
pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen).
Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat
diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang
diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan
transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian
tertentu, salah satunya adalah bagian daun.
Aplikasi
Tanaman Transgenik
v Aplikasi yang telah dikembangkan
Beberapa tanaman transgenik telah
diaplikasikan untuk menghasilkan tiga macam sifat unggul, yaitu tahan hama,
tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk. Tanaman jagung dan
kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah diproduksi secara massal dan
dipasarkan di dunia. Gen asing yang banyak digunakan untuk sifat resistensi
hama ini adalah gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis.
Sejak tahun 1996, Monsanto, salah satu perusahaan multinasional di bidang
bioteknologi, telah menjual benih kapas transgenik dengan merek dagang
"Bollgard". Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida
juga telah dijual ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan merek
"Roundup Ready".
v Aplikasi yang sedang dikembangkan
Dalam tahap penelitian, tanaman transgenik
sedang diaplikasikan untuk menghasilkan senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan
manusia, seperti vitamin A dan vaksin. Untuk produksi vaksin yang dapat dimakan
(edible vaccine), contoh tanaman yang sedang dikembangkan adalah pisang,
kentang, dan tomat. Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti sejak
tahun 1980 untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin A
adalah padi emas. Aplikasi lain yang sedang dikembangkan adalah penggunaan
tanaman untuk membersihkan polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen)
dan logam berat (contohnya merkuri). Gen asing dari bakteri ditransfer ke dalam
tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat menarik merkuri
dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang mudah menguap serta tidak
berbahaya.
Dampak
Perkembangan tanaman transgenik dapat
diterima dengan baik oleh Amerika Serikat, Argentina, Cina, dan Kanada. Namun,
banyak negara Eropa yang menolak tanaman transgenik karena kekhawatiran
terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan lingkungan.
v Pengaruh pada kesehatan manusia
Dari segi kesehatan, tanaman ini dianggap
dapat menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru bagi manusia.
Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu
tanaman transgenik diproduksi secara massal, akan melakukan berbagai pengujian
potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin agar produk tanaman tersebut aman
untuk dikonsumsi. Apabila berpotensi menyebabkan alergi, maka tanaman
transgenik tersebut tidak akan dikembangkan lebih lanjut. Kekhawatiran lain
yang timbul di masyarakat adalah kemungkinan gen asing pada tanaman transgenik
dapat berpindah ke tubuh manusia apabila dikonsumsi. Pendapat tersebut dinilai
berlebihan oleh para ilmuwan karena makanan yang berasal dari tanaman
transgenik akan terurai menjadi unsur-unsur yang dapat diserap tubuh sehingga
tidak akan ada gen aktif.
v Pengaruh terhadap lingkungan (ekologis)
Penolakan terhadap budidaya tanaman
transgenik muncul karena dianggap berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem.
Salah satunya adalah terbentuknya hama atau gulma super (yang lebih kuat atau
resisten) di lingkungan. Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan
mengenai jagung Bt yang memiliki racun Bt untuk membunuh hama lepidoptera
berupa ngengat dan kupu-kupu tertentu. Ada kemungkinan hama yang ingin dibunuh
dapat beradaptasi dengan tanaman tersebut dan menjadi hama yang lebih tahan atau
resisten terhadap racun Bt. Selain itu, kupu-kupu Monarch, yang bukan merupakan
hama jagung, ikut terkena dampak berupa peningkatan kematian akibat memakan
daun tumbuhan perdu (Asclepias) yang terkena serbuk sari dari jagung Bt.
Tanaman
Transgenik di Indonesia
Pada tahun 1999, Indonesia pernah melakukan
uji coba penanaman kapas transgenik di Sulawesi Selatan. Uji coba itu dilakukan
oleh PT Monagro Kimia dengan memanfaatkan benih kapas transgenik Bt dari
Monsanto. Hal itu mendatangkan banyak protes dari berbagai LSM sehingga pada
bulan September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal
dibuka. Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki padi dan
jagung transgenik di tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melakukan impor beras
dan jagung. Menurut Dr. Ir. Sutrisno, Kepala Balai Besar Penelitian
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah
melakukan penelitian di bidang rekayasa genetika tanaman yang seimbang bila
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Contoh
– Contoh Tanaman Transgenik
Jenis Tanaman :
Padi
|
||
Jagung, kapas, kentang
|
Tahan (resisten) terhadap hama.
|
|
Tembakau
|
Tahan terhadap cuaca dingin.
|
Gen untuk mengatur pertahanan pada cuaca dingin dari
tanaman Arabidopsis
thaliana atau dari sianobakteri (Anacyctis nidulans) dimasukkan ke
tembakau.
|
Tomat
|
Proses pelunakan tomat diperlambat sehingga
tomat dapat disimpan lebih lama dan tidak cepat busuk.
|
Gen khusus yang disebut antisenescens ditransfer ke
dalam tomat untuk menghambatenzim poligalakturonase (enzim yang
mempercepat kerusakan dinding sel tomat). Selain menggunakan gen dari
bakteri E. coli, tomat
transgenik juga dibuat dengan memodifikasi gen yang telah dimiliknya secara
alami.
|
Kedelai
|
Mengandung asam oleat tinggi dan
tahan terhadap herbisidaglifosat. Dengan demikian, ketika disemprot
dengan herbisidatersebut,
hanya gulma di
sekitar kedelai yang akan mati.
|
Gen resisten herbisida dari bakteri Agrobacterium galur
CP4 dimasukkan ke kedelai dan juga digunakan teknologi molekular untuk
meningkatkan pembentukan asam oleat.
|
Ubi jalar
|
Gen dari selubung virus tertentu ditransfer ke dalam ubi jalar dan dibantu
dengan teknologiperedaman gen.
|
|
Kanola
|
Menghasilkan minyak kanola yang
mengandung asam laurat tinggi
sehingga lebih menguntungkan untuk kesehatan dan secara ekonomi. Selain itu, kanola transgenik yang
disisipi gen penyandi vitamin E juga telah
ditemukan.
|
Gen FatB dari Umbellularia californica ditransfer
ke dalam tanaman kanola untuk meningkatkan kandungan asam laurat.
|
Pepaya
|
Resisten terhadap virus tertentu, contohnya Papaya ringspot virus(PRSV).
|
|
Melon
|
Buah tidak cepat busuk.
|
|
Bit gula
|
Gen dari bakteri Agrobacterium galur CP4 dan cendawan Streptomyces viridochromogenesditransfer ke dalam tanaman bit gula.
|
BAB 3
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat kita tarik adalah bahwa tanaman transgenik memiliki berbagai dampak terhadap
manusia dan lingkungan, baik itu yang merugikan ataupun yang menguntungkan,
meskipun ditentang orang di beberapa Negara di dunia, tetapi penggunaan tanaman
transgenik tetap memberi manfaat yang menguntungkan. Oleh karena itu penelitian
sangatlah dibutuhkan untuk menciptakan tanaman transgenik yang tidak memiliki
dampak buruk apapun terhadap manusia ataupun lingkungan.
Comments
Post a Comment