LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN II
Teknis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guinensis Jacq.) Di PT. Samukti Karya Lestari Kebun Muara Batang Toru,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara
Disusun Oleh:
WIBOWO JABATINO S
(12.05.0115)
PROGRAM DIPLOMA IV
BUDIDAYA
TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK
LPP
YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
Laporan PKL II :
|
Teknis
Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guinensis Jacq.) di PT. Samukti Karya Lestari Kebun Muara Batang Toru,
Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara.
|
Nama :
|
Wibowo
Jabatino S
|
NIM :
|
12.05.0115
|
Tanggal
Ujian :
|
01
Desember 2015
|
Mengetahui
|
Menyetujui
|
Hartini SP.,
M.Sc
Ketua Program
Studi BTP D IV
|
Fitria Nugraheni
S, SP., M.Sc
Pembimbing PKL
II
|
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat-nya sehingga Laporan Praktek
Kerja Lapangan II ini berhasil dikerjakan dan diselesaikan tepat waktu. Laporan
PKL II ini disusun berdasarkan pedoman PKL II Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan beserta kegiatan Praktek dilakukan penulis yang ada dilapangan.
Dengan selesainya laporan PKL II
ini, penulis mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan petunjuk untuk PKL II, kepada yang terhormat
:
1.
Ir. Galuh Banowati,
M.Sc., selaku Pudir Politeknik LPP.
2.
Hartini SP., M. Sc.,
selaku Ketu Program Studi BTP D IV.
3.
Fitria Nugraheni S, SP., M.Sc., selaku
pembimbing PKL II.
4.
Ir. Jennes Manurung
selaku Manager Estate PT. Samukti Karya Lestari sealigus pembimbing Praktek
Kerja Lapangan II beserta Para Asisten dan Mandor.
5.
Ayah dan Ibu tersayang
yang selalu memberikan dan restu kepada penulis
6.
Semua pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.
Yogyakarta, Desember
2015
Penulis
|
Penulis
menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, namun penulis berharap agar laporan
ini dapat memberi manfaat bagi pembaca, penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang bermanfaat bagi laporan ini. Semoga laporan PKL II ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN
PENGESAHAN ........................................................................... ii
SURAT
KETERANGAN SELESAI PKL.......................................................... iii
KATA
PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR
TABEL............................................................................................ v
DAFTAR
GAMBAR....................................................................................... vi
BAB
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang..................................................................................... 1
B.
Tujuan
PKL II...................................................................................... 2
C.
Profil
dan Ekologi Perusahaan............................................................ 2
BAB II. KEGIATAN TEKNIS BUDIDAYA
A.
Pembukaan
lahan .............................................................................. 7
1.
Leand
Clearing....................................................................... 7
2.
Pembuatan
Parit.................................................................... 13
3.
Jalan
dan Jembatan............................................................... 16
B.
Pembibitan........................................................................................ 21
1.
Jenis
Varietas........................................................................ 21
2.
Pembibitan
Prenursery.......................................................... 23
3.
Pembibitan
Mainursery........................................................ 30
C.
Penanaman
...................................................................................... 38
1.
Pola
Tanam........................................................................... 38
2.
Memancang.......................................................................... 39
3.
Melubang
............................................................................. 41
4.
Menanam
............................................................................. 43
5.
Administrasi
dan Transportasi Bibit..................................... 44
D.
Pemeliharaan
................................................................................... 47
1.
Tanaman
Belum Menghasilkan (TBM)............................... 47
2.
Tanaman
Menghasilkan(TM).............................................. 52
E.
Panen
............................................................................................... 54
1.
Organisasi
Panen.................................................................. 56
2.
Pengawasan.......................................................................... 57
3.
Metode
dan Cara Panen........................................................ 58
BAB IV PENUTUP
1.
Kesimpulan........................................................................... 64
2.
Saran..................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 65
LAMPIRAN................................................................................................. 66
DAFTAR
TABEL
Table 1. Kegiatan teknis budidaya...............................................................7
Table 2. Spesifikasi tanaman kayu untuk ditumbang..................................10
Table 3. Tahapan pembasmian lalang serta waktu
aplikasinya...................12
Tabel 4. Kebutuhan kecambah berdasarkan jarak tanam.............................23
Tabel 5. Dosis pemupukan di Pre Nursery..................................................27
Table 6. Ukuran polybag..............................................................................30
Tabel 7. Jenis dan dosis insektisida..............................................................33
Tabel 8. Jenis dan dosis insektisida..............................................................33
Tabel 9. Jenis dan dosis insektisida..............................................................34
Tabel 10. Nama produk fungisida dan bahan aktif yang
terkandung.......... 34
Tabel 11. Dosis pemupukan pada pembibiitan Main Nursery..................... 37
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Tanaman
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili palmae. Tanaman ini
berasal dari dataran Afrika dan mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1848.
Tanaman kelapa sawit sebagai tanaman industri mulai diusahakan secara komersil
di Indonesia sejak 1991. Berdasarkan hasil penelitian kondisi iklim dan keadaan
tanah wilayah Sumatera Utara dianggap cocok untuk pengembangan tanaman kelapa
sawit.
Kelapa
sawit adalah tanaman komoditas utama perkebunan Indonesia, di karenakan nilai
ekonomi yang tinggi dan kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati
terbanyak diantara tanaman penghasil minyak nabati yang lainnya (kedelai,
zaitun, kelapa, dan bunga matahari). Kelapa sawit dapat menghasilkan minyak
nabati sebanyak 6 ton/ha, sedangkan tanaman yang lainnya hanya menghasilkan
minyak nabati sebanyak 4-4,5 ton/ha (Sunarko,2007).
Sekarang ini prospek dari kelapa sawit sangat
menguntungkan hal ini disebabkan karena hasil akhir dari pengolahan kelapa
sawit seperti minyak goreng memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Oleh
karena itu sangatlah baik jika mahasiswa pertanian melakukan praktek kerja
lapangan di perusahaan yang memiliki perkebunan kelapa sawit dan salah satu
perusahaan tersebut adalah PT Samukti Karya Lestari yang terletak di Kabupaten
Tapanuli Selatan Sumatera Utara. Kesempatan untuk memperoleh suatu pekerjaan
selain ditentukan oleh pengetahuan berupa teori yang diberikan di bangku
perkuliahan, juga harus didukung oleh banyaknya pengalaman di lapangan.
Perkuliahan yang dilaksanakan hanyalah merupakan rangkaian kegiatan proses
belajar yang berupa materi-materi, keterangan dan penjelasan tanpa adanya
pengalaman langsung tentang apa dan bagaimana sesungguhnya kegiatan yang
berlangsung di lapangan. Oleh karena itu diperlukan adanya PKL yang bertujuan
untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan gambaran kepada mahasiswa tentang
bagaimana sesungguhnya realita dunia kerja yang akan dimasuki setelah lulus
sarjana. Dengan adanya Peraktek Kerja Lapang (PKL) ini diharapkan nantinya para
lulusan sarjana dapat menciptakan usahanya sendiri dan tidak sekedar melamar
atau mencari pekerjaan.
B.
TUJUAN
1.
Umum
Setelah selesai melaksanakan Praktek Kerja Lapangan II, mahasiswa
diharapkan
a)
Dapat
menghayati kehidupan dan system kerja di kebun.
b)
Dapat
memperoleh tambahan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan teknis
budidaya tanaman tahunan.
2.
Khusus
a) Mengetahui dan mempraktekkan tahapan pekerjaan pada
budidaya tanaman tahunan disesuaikan dengan jadwal kegiatan/ pekerjaan yang ada
di kebun.
b) Terampil dalam melakukan pekerjaan kebun yang besifat
teknis budidaya.
C.
PROFIL PERUSAHAAN DAN EKOLOGI KEBUN
1.
Sejarah
Kebun dan Lokasi PKL
PT. Samukti
Karya Lestari adalah kebun peralihan
yang dibeli oleh PT. Cisadane Sawit Raya pada tahun 2008. Pelepasan kawasan
dari hutan keperkebunan pada tahun 1992. Pada tahun 1995 keluarnya HGU No.
8/HGU/BPN/1995 atas tanah seluas 11.435 ha sebagai budidaya tanaman perkebunan
PT. Smaukti Karya Lestari
Pada tahun
2008 take over dari PT. Samukti Karya Lestari atas nama pemiliknya Ibu Murni ke
PT. Cisadane Sawit Raya dengan pemilik Bapak Gita Saptahadi
Pada tanggal
29 april 1993 pengukuran secara kadaste oleh instansi badan pertahanan nasional
luasnya adala 10.759,7 ha. Pada tanggal 5 mei 1993 panitia pemeriksa tanah (Panitia
B) Provinsi Sumatera Utara permohonan garapan penduduk dan pencetakan sawah
seluas 334,3 ha tidak diberikan HGU (10759,7 ha-334,4 ha= 10.425 ha).
Perubahan
sertifikat pada tahun 2008 dari sertifikat tahun 1996 karena adanya gunung dan
sungai tidak termasuk HGU. Luasan yang baru bisa dikuasai adalah 7292,17 ha
dari luas 10.425,3 ha sisa dari luasan HGU masih dalam kondisi persengketaan
dengan penduduk setempat.
PT. Samukti
Karya Lestari terletak di Muara Batang Toru Kab. Tapanuli Selatan. Sumatera
Utara dan memiliki perbatasan yaitu sebelah utara desa Ampolu sebelah selatan
berbatasan dengan sungai Aek Rambe dan Muara Batang Mondom sebelah barat
berbatasan dengan PT. Maju Indo Raya, PTPN III Muara Batang Toru dan sebelah
timur berbatasan dengan hutan Goa Tonga.
2.
Letak
Geografis
Propinsi Sumatera Utara yang terletak pada 1o LU-4oLU
dan 98o BT-100oBT. Propinsi Sumatera Utara berbatasan
dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada bagian Utara Propinsi Riau dan
Propinsi Sumatera Barat diebelah selatan, Samudera Hindia disebelah Barat dan
Selat Malaka disebelah Timur.
Kebun PT
Samukti Karya Lestari terletak di Kecamatan Muara Batang Toru Kab. Tapanuli
Selatan, Sumatera Utara. Dengan jarak ± 382 KM dari kota Medan serta ketinggian
dari permukaan laut ±50 m. Untuk topografi datar hingga bergelombang. Jenis
tanah di PT. Samukti Karya Lestari adalah dominan jenis tanah organosol
(gambut) yang mencapai ± 85% dan sisanya adalah jenis tanah litosol dan tanah kapur.
PT. Samukti Karya Lestari terbagi menjadi 9 divisi dengan luasan areal yang
berbeda-beda.
3.
Iklim
Iklim pada
PT. Samukti Karya Lestari yaitu dengan suhu 27oC dengan suhu
maksimum 32oC dan minimum 23oC sepanjang tahun. Curah
hujan tertinggi dalam sebulan adalah 776 mm dan terendah yakni 110 mm perbulan.
BAB
II
TEKNIS
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
Teknis budidaya dilokasi PKL II yaitu di PT. Samukti
Karya Lestari kebun Muara Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Adapun
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakna adalah.
Table 1.
Kegiatan teknis budidaya.
No
|
Jenis
Kegiatan
|
Ada
|
Tidak
Ada
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Pemilihan
Lahan
Persiapan
Lahan
Pembibitan
a. Pengadaan bahan tanaman
b. Pembibitan
1.
Pre-nursery
2.
Main Nursery
Penanaman
Pemeliharaan
a. TBM
b. TM
Panen
dan Pengangkutan
|
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
|
√
|
A. PEMBUKAAN LAHAN
1. LAND CLEARING
Defenisi dari
Land Clearing adalah kegiatan pembukaan dan pengolahan lahan sampai dengan
lahan tersebut siap ditanami dengan tanaman perkebunan ataupun pertanian yang
bertujuan untuk mencari keuntungan dari kegiatan berkebun ataupun bertani
tersebut. Kegiatan Land clearing ini dilakukan bertujuan menyiapkan areal siap
tanam untuk menunjang pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan memudahkan dalam
pengelolaan kebun.
Beberapa faktor yang menentukan kualitas
perolehan produksi antara lain adalah
a.
Jenis tanah.
b.
Iklim
c.
Kualitas bibit
d.
Kultur teknis agronomi
termasuk teknis pembukaan dan persiapan lahan untuk tanam sawit.
Mutu dan ketepatan persiapan lahan
akan mempengaruhi beberapa hal antara lain:
a.
Biaya pembukaan dan
persiapan lahan.
b.
Biaya kemudahan dan mutu
penanaman kelapa sawit.
c.
Masa dan perawatan
tanaman sebelum menghasilkan.
d.
Produksi TBS yang akan
diperoleh sepanjang tahun awal dan berikutnya.
e.
Biaya pemeliharaan dan
perawatan pada waktu tanaman belum menghasilkan dan sewaktu tanaman menghasilkan.
Persiapan pembukaan lahan sebaiknya
dimulai 4 bulan sebelum tahun program, sehingga tersedia waktu 16 bulan untuk
menyelesaikan program persiapan untuk tanaman. Semua tahapan perkerjaan agar
disusun secara sistematis dan satu sama lain tidak saling menghambat. Didalam
penyusunan “time schedule” tersebut faktor yang perlu diperhitungkan ialah:
iklim, tenaga kerja, alat dan bahan.
a.
Rintis Lay Out dan Blok Tanaman
Lay out yang ideal untuk satu blok areal lahan
adalah ±30ha dan
dilakukan dari titik pancang.
Main road arah Timur-Barat (tujuannya
adalah selalu mendapat sinar matahari dan jarak antara main road adalah 9 meter). Dan diharapkan main road atau jalan utama kebun karena
seringnya terkena sinar matahari keadaan jalan diharapkan mengeras.
Collection road dibuat dengan arah
Utara-Selatan dan jarak antara collection road 300 meter. Jarak 300 meter
tersebut ditentukan berdasarkan atas kemampuan rata-rata pemanen mengangkut
buah dari dalam blok (rintis tengah) hingga TPH (Tempat Pengumpulan Hasil)
adalah ± 150 meter (±16 pohon).
Luas blok 30 ha = 300 m x 1000 m lebar jalan main road = 9 m
lebar jalan collection road =7 m.
Khusus untuk areal yang berbukit
dilakukan imas tumbang terlebih dahulu sebelum pembuatan jalan dan bloking.
Bloking di tentukan berdasarkan batas jalan. Luas blok tidak harus 30 hektar.
b.
Teknis Land Clearing
Pihak kontraktor yang biasa melakukan
kegiatan tumbang tumbur harus
benar-benar mengetahui areal yang akan dilakukan penumbangan bersama-sama dan
atas petunjuk yang di berikan oleh pengawas kebun. Perbatasan areal yang akan
di lakukan penumbangan seperti yang terlihat pada peta harus jeles
diberi tanda di atas tanah dengan menggunakan tonggak-tonggak kayu yang keras
yang di beri cat merah di bagian atas sepanjang 20 cm (Batas).
Setiap
perkerjaan yang dilakukan di luar batas tidak akan di lakukan perhitungan
pembayarannya. Pihak kebun harus membuat batas pada setiap kompleks tanah
seluas +/30Ha yang gunanya adalah mempermudah pemeriksaan areal tersebut dalam
rangka pemberian persetujuan pembayaran secara bertahap.
a) Imas (Underbrushing)
Imas (underbrushing) ialah
memotong-motong semua tanaman hingga
rata dengan kepermukaan tanah. Tujuan mengimas adalah untuk memudahkan
penumbangan pohon dan pelaksanaan perun mekanis.
Semua semak belukar, tumbuhan menjalar
dan pohon muda yang berdiameter hingga 10 cm dengan menggunakan parang dan
kampak. Pemotong anak kayu harus hingga putus. Jika ada areal semak blukar
ringan (dengan ada kesepakatan bersama regional controler/Estate manager) ini
tidak perlu diimas dan langsung dapat dilakukan perun mekanis.
b)
Kegiatan
penumbangan (felling)
Penumbangan dapat dilakukan setelah
kegiatan imas dilakukan. Spesifikasi untuk penumbangan, pemotongan dan
penumpukan kayu pohon yang ditumbangkan didalam hutan untuk penanaman kelapa
sawit ialah sebagai berikut:
Table
2. Spesifikasi tanaman kayu untuk ditumbang.
Diameter (cm)
|
Max. Tinggi tunggul
(cm)
|
≥10-20
|
30
|
≥20-30
|
40
|
≥30-40
|
50
|
≥50-75
|
60
|
≥75
|
100
|
Semua batang pohon baik rawa dan
lereng harus ditumbang (dipotong) sedekat mungkin ketanah dengan kata lain
tidak lebih tinggi dari 1.5m, untuk pohon yang berdiameter lebih dari 20 cm
deri permukaan tanah. Pohon tumbangan tidak dibenarkan tergantung diatas
tunggul dan semua serpihan (pecahan) pohon harus dipotong rata supaya hanya
tunggul dengan panjang tertentu saja yang tertiggal. Pohon tumbangan yang
menghalangi jalan-jalan
kecil dan aliran air harus segera dikeluarkan. Bila dijumpai pohon kayu ulin
dan atau kayu tengkawang, maka pohon tersebut dijadikan tanda dilapangan
(antena) dan tidak perlu dilakukan kegiatan penumbangan. Jenis pohon ini
dilindungi. Pohon yang sudah mati tetapi masih tegak tidak perlu ditumbang
sampai pada waktu dilakukan perumpukan.
c)
Kegiatan perun mekanis.
Perun mekanis adalah kegiatan untuk
membersihkan lahan serta mengatur dan menata letak dari hasil imasan dan
tumbangan pohon menggunakan alat berat pada areal gawangan mati sejajar baris
tanam dengan arah Timur-Barat dan tidak dibenarkan dengan sistem bakar. Alat
yang digunakan adalah sejenis berikut atau setaraf.
1)
Bulldozer (Komatsu
D68-D6G) atau (Carterpillar D7G).
2)
Excavator (Komatsu
PC200-7).
3)
Tractor MF 440 atau ford.
Lebar maksimal dari perunan kayu
tersebut adalah ±5 meter tergantung kepadatan kayu. Semua kayuan agar
dikumpulkan/dirumpuk dalam barisan yang terpisah-pisah dan mati sesuai dengan
jarak tanaman. Jalur ini harus sudah dipancang sebelumnya dan diletakkan bendera.
Jalur rumpukan harus diputus setiap 50 meter dengan lebar 3 meter. Minimal 50 m
untuk memudahkan operator memastikan jalur yang lurus. Untuk perumpukan ini
dapat dilakukan dengan jarak 2/1 atau 4/1 sesuai dengan kepadatan kayu. Top
soil diusahakan seminimal mungkin terkikis oleh pisau bulldozer, posisi pisau
diatur ± 10 cm diatas permukaan tanah dan pisau dipasang geriginya.
Pada areal berbukit penempatan
rumpukan dilakukan mengikuti arah kontur dan kayu-kayu yang melintang pada
jalur kontur tanaman harus dipotong dan disusun dijalur rumpukan. Semua areal
yang tidak dapat dilalui oleh bulldozer seperti misalnya areal-areal curam
ataupun berjurang selokan tebing sungai, rawa-rawa harus dibersihkan secara
manual.
Pada areal rawa dilakukan dengan cara
semua kayu-kayu tumbangan dikumpulkan menggunakan excavator dalam barisan yang
tidak terputus dan diatur dalam gawangan dengan jarak 2 baris tanaman sawit dengan
1 rumpukan kayu tumbangan.
d)
Pembersihan
areal lalang.
Pembasmian lalang dapat dilakukan
secara kimia dengan menggunakan Glyphosate. Bagi areal yang datar cara aplikasi
herbisida yang paling efektif adalah dengan sistem mekanis menggunakan boom
sprayer. Ini karena volume air yang perlu dipergunakan adalah 450-600 liter air
per hektar dengan system semprot
total. Dosis yang dianjurkan antara 6-10 liter herbisida perblanket hektar
tergantung kondisi lalang. Bila lalang tidak dapat dibasmi dalam satu kali
semprotan, maka dilakukan follow up aplikasi pada waktu tepat (paling penting
dalam kegiatan pembasmian lalang dengan sistem kimiawi).
Table 3. Tahapan pembasmian lalang serta waktu
aplikasinya.
Jenis
|
Volume herbisida
|
Waktu aplikasi
|
Round I (semprot total)
|
6-10 liter/ha (100%) areal)
|
Awal pembukaan areal
|
Round II (follow up spot spray)
|
6 liter/ha (60% areal)
|
3 minggu sesudah round I
|
Round III (follow up spray)
|
6 liter/ha (20% areal)
|
3 minggu sesudah round II
|
Wipping
|
0,1 liter/ha/rotasi
|
4 minggu sesudah round III
|
Follow up wipping
|
0.05 liter/ha/rotasi
|
2 rotasi dengan jarak 4 minggu (bila
perlu)
|
Wiping rutin
|
0.05iter/ha/rotasi
|
3
bulan sekali
|
2. PEMBUATAN PARIT
a.
Jenis
parit dan pembuatan parit
Ada
beberapa parit antara lain:
a)
Alur/outlet yaitu
pembuangan air dari dalam keluar kebun.
b)
Drainase utama (main
drain)/ parit primer, yaitu parit penampungan dari parit-parit skunder/kaki
bukit dan mengalirkannya ke alur/outlet. Ukuran parit primer 4 m x 4 m dengan dasar 2-2.5 m.
c)
Drainase pengumpul
(collection drain)/parit skunder, yaitu parit yang langsung menanmpung air dari
permukaan lapangan terutama bagian-bagian yang rendah dan mengalirkannya ke
parit primer. Ukuran parit skunder 2 m
x 2 m
dengan dasar 1-2 m.
d)
Drainase lapangan/field
drain parit tersier, yaitu parit cabang yang dibuat untuk membantu mengalirkan air pada tanah rendahan
ke parit skunder. Ukuran parit tersier adalah 1 m x 1 m dengan dasar 1 m.
Adapun pembuatan
parit dilapangan adalah sebagai berikut :
1)
Parit
Primer.
Pembuatan parit primer pada tanah
yang baru dibuka harus dilakukan sebelum penanaman bibit atau pemancangan,
bilamana keadaan air dalam areal tersebut harus segera diatur penyalurannya.
Tetapi sebaiknya pembuatan parit dilakukan sesudah pemancangan pokok agar
jumlah pokok per ha tidak banyak berkurang karena pembuatan parit baru, kecuali
bila terpaksa. Pembuatan parit baru harus dimulai dari bawah. Terlebih dahulu
harus dibuat peta topografi dari areal lokasi parit. Pembuatan parit primer
disesuaikan dengan kondisi kemiringan lereng. Hal ini adalah untuk menjamin
kelancaran aliran air dari parit primer ke outlet. Besar kecilnya ukuran parit
bergantung pada banyaknya air yang perlu ditampung. Sedangkan miringnya tebing
parit tergantung apakah tanah tersebut tanah liat atauk tanah gembur.
Penggalian tanah dilakukan dengan excavator. Tanah hasil galian dibuang kekanan
dan kekiri parit untuk pembuatan kaki lima dengan lebar minimal 1 m.
2)
Parit
Skunder
Pembuatan parit skunder dilakukan
setelah selesai pemancangan atau penanaman tanaman. Parit skunder harus sejajar
satu sama lainnya dan juga sejajar dengan baris pokok. Penggalian parit dimulai
dari tepi parit primer dengan dasar yang sama denag parit primer menuju kehulu
diatur sedemikian rupa sehingga senantiasa timbang air/ sejajar.
3)
Parit
Skunder kaki bukit
Penempatan yang tepat untuk parit
kaki bukit adalah sangat penting untuk
areal rendahan dan rawa-rawa yang di kelilingi bukit-bukit. Parit kaki bukit
harus mengikuti garis kaki bukit. Ukuran
parit kaki bukit sama dengan parit skunder. Tanah galian di tempatkan sebelah
bagian yang rendah. Penempatan pembuatan parit kaki bukit yang benar ialah di
buat di areal gambut dan di lakukann setelah pemancangan tanaman. Di lanjurkan
pada tahap awal di buat dengan perbandingan 1:16, artinya setiap 16 baris
tanamam di buat 1 parit tersier. Untuk selanjutnya apabila di perlukan dapat
dibuat 1:8 atau 1:4 atau 1:2.
4)
Parit
Pinggir Jalan
Parit pingir jalan yang menurun
sebelum tiba pada jembatan, harus diliarkan ke samping agar air jangan memukul
(merusak) dasar pondasi jembatan akan tetapi terus mengalir ke sungai.
5)
Parit
Tersier
Pembuatan parit tersier dilakukan
setelah pemancangan dilakukan atau bisa juga setelah penanaman 1 bulan
dilapangan. Tujuan pembuatan parit tersier biasanya dilakukan diareal bergambut atau
juga areal yang sering terendam oleh air. Parit ini berfungsi sebagai pengalir
air pada tanah rendahan/gambut keparit skunder. Ukuran parit tersier adalah 1m
x1m dengan dasar 1m. Parit tersier atau disebut juga parit cacing dibuat
didalam areal penanaman dengan ketentuan 1:8, atau 1:4 atau juga 1:2 hal ini
tergantung atas kondisi areal.
b.
Pemeliharaan
Parit
Setelah parit bebas dari semua akar
dan gulma, segera lanjutkan dengan pengorekan tanah dan lumpur. Tanah-tanah
yang timbul diatas permukaan air sebaiknya diangkat dan dibuang keluar parit
diluar kaki lima sejauh mungkin dan diratakan dari bibir parit agar tidak
terbentuk suatu timbunan dikanan dan kiri parit. Tanah yang ada dibawah
permukaan air dikorek dan dengan hati-hati lumpur yang ada dibuang keluar kaki
lima bersama-sama dengan tumpukan sampah. Pengorekan dilakukan sampai pada
dasar tanah yang keras. Pengikisan pada tebing-tebing parit dilakukan sampai
batas bibir parit. Frekuensi kegiatan pendalaman parit diluar kebun dapat
dilakukan sekurang-kurangnya adalah satu kali dalam dua tahun.
a)
Pemeliharaan
pada sungai, parit penampungan dan parit primer.
Pencucian/pendalaman parit harus
dimulai dari parit outlet yang berbatasan dengan alur pembuangan keluar kebun
menuju keparit didalam areal perkebunan. Waktu yang tepat untuk melakukan
pencucian/pendalaman parit adalah pada saat musim kemarau. Pemeliharaan parit
disini cukup dilakukan dengan mengorek tanah dan lumpur sampai pada dasar tanah
yang keras. Tanah dan lumpur harus dibuang diluar kaki lima sepanjang kanan dan
kiri parit. Rumput-rumput disisi kanan dan kiri parit harus tetap di pelihara
sebagai pencegah erosi dan pencucian parit ini dilakukan satu kali dalam
setahun.
b)
Pemeliharaan
Pada parit-parit skunder
Pemeliharaan parit skunder cukup
dilakukan dengan dengan pengorekan tanah dengan membuang tanah tersebut diluar
kaki lima. Pengorekan tanah harus dimulai dari bagian bawah dan ujung pertemuan
parit skunder dengan parit primer, dimulai pada tinggi yang sama dengan dasar
parit primer dan perhatikan dengan benar.
Agar air dapat mengalir dengan lancar, harus diperhatikan supaya
pengorekan senantiasa rata. Kaki lima untuk parit skunder dibuat selebar +/- 60
cm dari bibir parit tempat jalan pemeriksaan. Pengikisan rumput dikanan dan
kiri tebing parit hanya boleh dilaksanakan pada +/- 30 cm diatas dasar parit.
Rotasi pemeliharaan parit skunder
minimal sekali dalam setahun.
3.
JALAN
DAN JEMBATAN
Didalam pembangunan perkebunan kebun
kelapa sawit salah satu faktor terutama adalah pembangunan jalan untuk:
a)
Transportasi TBS
(produksi yang bervariasi dari 10-35 ton per Ha sesuai umur tanaman) dari
lapangan kepabrik untuk diolah pada hari yang sama dalam waktu yang paling
singkat untuk menjamin kualitas FFA (free fatty acid). Semakin lambat TBS
diangkut kepabrik maka semakin naik FFA atau ALB.
b)
Transportasi minyak hasil
pengolahan (CPO) dan PK (palm kernel) kepelabuhan atau bulking installation.
c)
Transportasi pupuk masuk
ke gudang, kebun dan ke blok lapangan.
d)
Sarana transportasi segala
keperluan kebun.
e)
Sarana mempercepat antar jemput
karyawan untuk segala operasional kebun di dalam areal yang sangat luas.
f)
Sarana mempercepat dan
meningkatkan intensitas kontrol dan komunikasi operational dan keperluan kebun.
Jalan berfungsi sebagai penghubung
dari dan keluar kebun/pabrik, pondok, perumahan, jalur transportasi TBS serta
sebagai pembatas blok. Hampir seluruh jalan dikebun Main Road maupun Collection
Road adalah jalan tanah, maka pada pembuatan dan perawatannya sangat penting
diperhatikan masalah pengaliran air dan pengerasan.
a.
Pembuatan Jalan
Pembuatan Jalan pada Areal
Datar/Darat
a) Alat untuk membuat jalan terdiri dari:
1)
Buldozer
minimal tipe Caterpillar D7G/D85ESS atau Komatsu D70LE-8
2)
Motor
Grader – dengan moldboard 4 m
3)
Vibratory
Road Compactor – dengan berat roller 11.5
ton
b) Pembuatan parit
pada satu sisi badan jalan jika dianggap perlu baik pada Main Road maupun Collection
Road.
c) Pembentukan badan jalan dengan motor grader. Jalan
yang dibentuk harus cembung pada bagian tengah badan jalan (camber) agar air
tidak tertahan di badan jalan.
d) Pembuatan tali air pada kiri dan kanan jalan harus
dibuat secara berselang-seling (zig-zag) sesuai topograpi dan jumlah tali air
ditentukan berdasarkan tingkat kelandaian jalan.
e) Pembuatandan perawatannya sangat penting diperhatikan
masalah pengaliran air dan pengerasan.
Kebutuhan
jalan disesuaikan dengan kondisi lahan. Pada areal datar jalan dibuat dengan
sistem segi empat (grid sistem). Dengan blok ukuran 300m x 1000m panjang main
road jatuh 10.2 m per ha dan collection road 33.6 m per ha.
Pada areal
berbukit, jalan dibuat saperti pembuatan teras bersambung (kontur) tetapi tidak
perlu waterpas, melingkari memutari bukit. Proyeksi naik turun pembuatan jalan
harus dilakukan dengan baik jangan terus menaik secara curam karena akan
mempertinggi biaya angkutan.
Pembuatan
jalan kontur harus dilakukan sebelum pembuatan teras dan perlu diperhatikan :
a) Jalan kontur harus memotong teras
b) Badan jalan miring kearah tebing
c) Gradient (kemiringan sudut) pada umumnya 1/30
1/100 artinya tiap 100 meter lari jalan dinaikkan 1 meter
Ada beberapa
ketentuan yang perlu diperhatikan sewaktu membangun jalan :
a) Jalan tidak boleh lebih curam dari 10% kemiringan atau
5 derajat.
b) Jalan tidak boleh memotong bukit.
c) Buat menyamping dan melingkar disisi bukit.
d) Parit pembuangan air dibuat pada setiap tidak melebihi
30 meter pada areal miring agar mengurangi erosi pada parit tepi jalan.
e) Gorong-gorong kecil dan parit pembuangan diperlukan
apabila parit dibuat teratur setiap 30 meter.
f) Jalan dibuat agak cembung agar air mengalir keluar
dari badan jalan. Permukaan jalan harus dibentuk sedemikian rupa agar tidak
licin.
Sebagai
ketentuan umum, jalan dengan kelebaran Collection
Road 7 m x 33,6 m/ha dan Main Road
9 m x 10, 2m/ha menempati areal seluas 3.3% dari areal pertanaman per-hectar.
Diareal berbukit ini bisa lebih dari 7% dari areal pertanaman
b.
Timbunan Dan Pengerasan Jalan
Perencanaan
penimbunan/pengerasan jalan disesuaikan dengan kebutuhan kebun dengan
memperhatikan iklim setempat sehingga pekerjaan dapat dilakukan bukan pada
musim hujan.
a)
Material
untuk penimbunan jalan tergantung pada bahan apa yang dapat disekitar lokasi.
Paling ideal adalah sirtu/krokos/laterite/fitrun/puru. Pengerasan jalan pertama
dilakukan secara bertahap selama 3 tahun berdasarkan panjang jalan dengan
pembagian :
1) Tahap satu (TBM 1) :
Main Road 100% dan Collection Road 30% Semua akses jalan ke kantor, perumahan,
Kegudang perlu dikerjakan dalam tahap 1.
2) Tahap dua (TBM 2) : Collection Road 30%
3) Tahap tiga (TBM
3) : Collection
Road 40%
b) Jalan yang akan dikeraskan harus digrader terlebih
dahulu agar membentuk kembali badan jalan sesuai dengan ketentuan untuk jenis
jalan yang bersangkutan. Permukaan jalan harus merata tidak tergenang air dan
bersih dari rumput, pelepah, potongan kayu dan lain-lain.
c) Pada daerah berbukit, tali air dibuat di sisi jalan
sebelah tebing dan airnya disalurkan melalui slab (underpass).
d) Bahan pengerasan diecer berupa tumpukan
berselang-seling di kiri kanan jalan dengan jumlah dan jarak yang disesuaikan
dengan volume bahan per km.
e) Selanjutnya bahan disebar merata ke permukaan jalan
dengan menggunakan grader atau mining bucket, sehingga badan jalan berbentuk
punggung sapi atau “batok mengkurep”.
c.
Pembentukan Badan Jalan
Menggunakan
motor grader dengan rotasi 2 kali setahun untuk Collection Road dan 2–3 kali
untuk Main Road. Pembentukan badan jalan harus cembung (camber) agar air tidak
tergenang pada badan jalan kemudian dipadatkan dengan roller/compactor 11.5 ton
pada hari yang sama.
d.
Pembuatan Jembatan
Pada awal
pembukaan lahan, jembatan dan gorong-gorong dapat dibuat dari batang pohon pada
waktu land clearing. Pembuatan jembatan dan gorong-gorong permanen dilakukan
secara bertahap dalam jangka waktu 3 tahun pada waktu tanaman belum
menghasilkan sehingga pada saat mulai panen pembangunan jembatan telah selesai.
Perencanaan
dan penentuan mengganti jembatan kayu sementara dengan box culvert,
gorong-gorong konkret atau menggunakan baja bergelombang, jembatan besi
tergantung kondisi dilapangan sesuai kelebaran parit/sungai, volume air,
topographi dll dikebun dan dikonsultasikan dengan RC.setempat :
a) Jembatan : Jika
lebar parit > 3 m, Jembatan < 6 m dapat dikonstruksi dengan kayu keras.
Kelebarannya 3,2 m didukung batang balok minimal 6 batang dengan diameter
minimal 40 cm untuk berat 10 ton jika panjang jembatan > 6 m dibuat jembatan
menggunakan besi dan beton.
b) Box culvert/Baja Bergelombang : Jika lebar parit > 1 – 2 m dan air parit mengalir sepanjang
tahun
c) Gorong-gorong :
Jika lebar parit +/- 1 m
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan pembuatan jembatan adalah :
a) Pada waktu memasang culvert, gorong-gorong atau besi
bergelombang yang amat penting adalah kedudukan culvert atau gorong-gorong itu
minimal 30 cm dibawah permukaan air waktu musim kering. Penyambungan
gorong-gorong harus dipasang serapat mungkin untuk menghindari aliran air
melewati lubang atau celah sambungan antara gorong-gorong yang satu dengan
lainnya.
b) Dibagian atas kedudukan gorong-gorong minimal 0,5 m di
bawah jalan.
c) Setelah musim hujan semua gorong-gorong perlu
diperiksa secara rutin untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyumbatan.
d) Untuk menghindari erosi di sebelah baja perlu dibuat
dinding beton dibagian kiri dan kanannya.
B.
PEMBIBITAN
1.
JENIS
VARIETAS
Ada tiga jenis
pokok tanaman kelapa sawit Dura, Tenera, dan Psifera :
1.
Dura
Persentase
mesocarp terhadap buah relatif kecil 35-50% cangkang tebal
2-8 mm. Kernel terlalu besar dan kandungan minyak rendah berkisar antara
14-18%.
2-8 mm. Kernel terlalu besar dan kandungan minyak rendah berkisar antara
14-18%.
2.
Psifera
Persentase
mesocarp terhadap buah besar sekali. Namun tinti kecil bahkan relatif tidak
ada, cangkang tipis relatif tidak ada. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak
tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain.
3.
Tenera
Persentase mesocarp terhadap buah cukup
besar 60-70%, cangkang cukup tipis 0,4-0,5 mm kandungan minyak tinggi 22-26%
dari tandan buah segar.
Berdasarkan warna buah
varietas kelapa sawit dibedakan menjadi :
1.
Nigrescens
adalah buah yang berwarna hitam dan berubah warna menjadi orange kehitaman pada
waktu masak. Jenis ini pada umumnya di tanam.
2.
Virescens
adalah buah sawit yang berwarna hijau pada saat
muda dan akan berubah menjadi orange pada waktu masak.
3.
Albescens
adalah buah yang berwarna keputihan pada saat muda dan akan berubah menjadi
kekuningan pada saat masak.
Balai penelitian yang menghasilkan
jenis bibit unggul terdiri dari negara Malaysia, Indonesia, Papua New Guinea,
Costa Rica dan beberapa negara lainnya. Di PT. Samukti Karya Lestari untuk
pengadaan bibit sendiri di dapat dari PT. Socfindo dan juga PT. Tunggal Yunus
Etate ( socfin dan topas) untuk varietasnya adalah :
Socfin
: 1. Dura Deli x Psifera Yagambi
2.
Dura Deli x Psifera La Me
Topaz : 1. Dura Deli x Psifera Ghana
2.
Dura Deli x Psifera Nigeria
3.
Dura Deli x Psifera Avros
Untuk
pemesanan kecambah kita harus mengetahui luas areal yang akan ditanami kemudian
megetahui populasi perhektar yang diinginkan kecambah juga ditambahkan 25%
untuk afkiran dan 5% untuk sisipan.
Tabel 4.
Kebutuhan kecambah berdasarkan jarak tanam.
Populasi
pohon/ Ha
|
Jarak
tanam
|
Kebutuhan
kecambah
|
136
Pokok/Ha
|
9
m x 8,2 m
|
200
kecambah/Ha
|
143
Pokok/Ha
|
9
m x 7,8 m
|
210
kecambah/Ha
|
148
Pokok/Ha
|
8,9
m x 7,6 m
|
220
kecambah/Ha
|
160
Pokok/Ha
|
8,6
m x 7,2 m
|
230 kecambah/Ha
|
2.
PEMBIBITAN PRENURSERY
1.
Penentuan dan pembuatan lahan pembibitan.
Penentuan
dan pembuatan lahan untuk pembibitan sebaiknya ditentukan di areal yang jauh
deri gangguan hama penyakit, jauh dari pemukiman namun mudah pengawasan, areal
datar, dan dekat dengan sumber air. Untuk pembuatan areal pembibitan dilakuakn
secara zero burning atau tanpa pembakaran. Semua pohon dibongkar dengan
bulldozer dan dilakukan dengan secara sistemis serta teratur. Pada saat
penumbangan kayu diusahakan supaya pohon ditumbang dengan satu arah tidak
malang melintang. Hal ini dilakukan supaya pada saat perumpukan mudah
dilakukan. Pada saat penumbangan
kayu juga diusahakan pecabutan akar-akar. Setelah areal terbuka, tanah lapisan
atas dikumpulkan dan dipinggirkan secara merata untuk meringankan pengisian
polybag. Areal diratakan agar tempat dudukan untuk polybag bisa rata dan
sempuna.
Pembuatan bedengan dengan ukuran
lebar 1,22 m dan panjang 45,73 m (ini adalah separuh dari panjang satu tube
simisansui) panjang bedengan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari
pembibitan. Arah bedengan timur ke barat, bedengan dibuat dari kayu atau
papan dengan tebal 1 cm dan lebar 15 cm dan diantara
bedengan diberi jarak dengan lebar 61 cm
dan diantara sisi bedengan dengan bedengan lain diberi jarak 100 cm yang berguna untuk
jalan pemeliharaan. Dalam satu bedengan dapat menampung 6335 polybag kecil yang
disusun dengan rapat.
Pemberian naungan pada tahap awal
bibit perlu diberikan naungan secara keseluruhan. Luas naungan minimal seluas
lebar bedengan dengan tinggi ±2 m.
Naungan menggunakan jaring plastik berwarna hitam (paranet), dapat juga
menggunakan daun kelapa sawit untuk menekan pengeluaran. Naungan dapat
dikurangi apabila umur bibit telah mencapai 2 bulan sudah mempunyai 2 daun
lengkap naungan dapat dikurangi 50%, dan setelah daun keempat keluar naungan
dapat dihilangkan seluruhnya.
Pemagaran perlu dilakukan apabila
areal berdekatan dengan kampung atau pemukiman masyarakat, dan juga daerah yang
rawan dengan serangan hama landak, babi hutan, dan atau gajah. Pagar
menggunakan kawat duri minimal 4 baris dan jarak antar lapisan 0,3 m. Tiang pagar
menggunakan balok yang berukuran 5 cm
x 8 cm dan jenis kayu keras. Jarak ideal antar ting 10 m - 20 m. Dipojok pagar diberi
tiang yang ukuran balok yang lebih besar dengan ukuran 10 cm x10 cm. Untuk pemasangan
tinggi tiang disesuaikan dengan jenis
hama yang dominan.
2.
Pengisian polybag
Pengisian polybag pada pre nursery
dilakukan apabila areal pembibitan telah selesai di kerjakan polybag yang
digunakan adalah ukuran 15 cm x 8 cm x 0,075 mm setelah diisi akan berdiameter
10 cm dan tinggi 17 cm. Polybag kecil dibalik terlebih dahulu untuk memudahkan membentuk
bundar pada dasar polybag. Pengisian polybag menggunakan tanah top soil mineral
yang bertekstur lempung dan mengandung humus. Media tanah sebaiknya di ayak
memakai saringan 1 cm x 1 cm untuk menghindari gumpalan tanah atau juga dari
batu dan batang kayu. Tanah diisi pada polybag hingga 2 cm dari bibir mulut
polybag. Setiap satu polybag diperlukan 1,5kg tanah. Prestasi pengisian polybag
1.000 polybag per HK pengisian polybag harus selesai diisi paling lambat 2
minggu sebelum tanggal penerimaan kecambah.
3.
Penanaman kecambah
Penanaman
kecambah dapat dilakukan apabila kegiatan pengisian polybag dan seleksi
kecambah telah selesai dilakukan. Kecambah yang akan ditanam harus keadaan
dingin, lembab dan terhindar dari sinar matahari langsung pada saat penanaman.
Semua bibit yang telah sampai dan telah diseleksi harus ditanam segera dan
tidak boleh disimpan lebih dari 5 hari. Satu hari sebelum penanaman kecambah,
polybag harus disiram yang cukup, hingga tanah yang ada dalam polybag basah.
Sebelum penanaman kecambah polybag juga harus disiram kembali yang bertujuan
untuk bila kecambah ditanam dapat dipadatkan tanahnya. Pembuatan lubang tanam
di baby polybag menggunakan alat yang disebut dengan ponjo dengan ukuran
diameter 1,5 cm
dan dalam 2 cm
pada tengah. Ini memastikan agar kecambah tidak ditanam terlalu dalam.
4.
Teknik
pembibitan
Teknik penanaman kecambah :
a.
Bibit menghadap ketimur
b.
Dalam lubang tanam ±2 cm, sehingga ujung daun
(plumula) akan berada 1cm dibawah tanah.
c.
Penanaman kecambah harus
memperhatikan posisi radicula yang akan diposisikan kebawah dan plumula yang
akan diposisikan kearah atas.
d.
Kecambah ditutup dengan
tanah sedikit ditekan/dipadatkan disamping kiri/kanan. Jika tidak dipadatkan,
kemungkinan kecambah akan timbul sewaktu penyiraman. Selain itu, tekanan akar
dapat mengangkat kecamabah keatas permukaan tanah.
e.
Sesudah kecamabah ditanam, pada waktu
sore hari disiram.
Dalam waktu satu minggu kecambah yang
baik sudah mulai muncul plumula dari dalam tanah berupa jarum. Bila plumula
telah muncul, mulsa dapat diberikan secara merata dilapisan permukaan tanah
dalam polybag. Mulsa yang dianjurkan adalah potongan lalang kering, cangkang
sawit, atau serabut sawit. Perlu juga diteliti dan diperhatikan apabila terdapat
air menggenang setelah 1 jam penyiraman segera lubangi polybag dengan cara
ditusuk agar air yang menggenang cepat kering. Satu tenaga kerja dapat menanam
3000-5000 kecambah dalam 1 hari kerja.
Pembuatan papan lebel untuk
nama/jenis bibit, yang bertujuan untuk:
a.
Mengidentifikasi jenis
dan sumber bibit.
b.
Mengetahui keseragaman
sisa bibit dipembibit untuk keperluan penanaman dilapangan.
c. Mencatat
dan seleksi. Setiap papan label harus menunjukkan asal kecambah, nama kelompok,
jumlah kecambah yang ditanam, dan tanggal tanam kecambah.
5.
Pengendalian Gulma
Untuk pengendalian gulma pada
pembibitan prenursery dilakukan secara manual yakni dengan cara mencabuti gulma
yang tumbuh diluar dan didalam polybag dalam hal ini penggunaan herbisida
sangat dilarang sama sekali, norma dalam kegiatan ini adalah 1HK dapat mngendalikan
3500 bibit.
6.
Pemupukan
Pemupukan di pre nursery dilakukan
apabila bibit telah berumur
± 3 minggu atau daun pertama sudah keras. Pemupukan dilakukan melalui daun. Jadwal pemupukanadalah sebagai berikut:
± 3 minggu atau daun pertama sudah keras. Pemupukan dilakukan melalui daun. Jadwal pemupukanadalah sebagai berikut:
Tabel 5. Dosis pemupukan di Pre Nursery
Minggu ke
|
Jenis dan dosis
|
Larutan
|
3
|
0,075 gr Urea
|
30gr+60liter air bagi
400 bibit
|
4
|
0,5 gr NPK 15:15:6:4+TE
|
200gr+60liter air bagi
400 bibit
|
5
|
1,0 gr NPK 15:15:6:4+TE
|
400gr+60liter air bagi
400 bibit
|
6
|
1,0 gr NPK 15:15:6:4+TE
|
400gr+60liter air bagi
400 bibit
|
7
|
1,5 gr NPK 15:15:6:4+TE
|
600gr+60liter air bagi
400 bibit
|
8
|
1,5 gr NPK 15:15:6:4+TE
|
Granular per bibit
|
Dosis
aplikasi minggu kedelapan dilanjutkan sehingga bibit di baby polybag nantinya
dapat dipindahkan ke large polybag.
Untuk
membantu pertumbuhan vegetatif tiap minggu dapat menggunakan:
a.
Umur 4 minggu – 6 minggu
Aplikasi: Urea 6 gram +
15 liter air untuk 100 bibit
Atau pupuk cair jenis
ATONIK/BAYFOLAN dengan dosis 1ml + 1liter air untuk 100 bibit.
b.
Umur 7 minggu – 12 minggu
Aplikasi: Pupuk cair
jenis ATONIK/BAYFOLAN dengan dosis 14 gram + 15 liter air untuk 50 bibit.
7.
Penyiraman
Untuk penyiraman di pembibitan pre
nursery sebaiknya dilakukan dua kali dalam sehari, yakni sekitar pukul 07:00 –
10:00 dan pukul 16:00 – 18:00. Penyiraman dapat tidak dilakukan apabila pada
hari bersangkutan telah terjadi hujan dengan curah hujan lebih dari 10mm.
Apabila curah hujan kurang dari 10mm maka penyiraman perlu dilakukan hingga
mencapai 10mm. Kebutuhan air untuk satu bibit pada umur 0-3 bulan adalah 1
liter per bibit, umur 3-6 bulan kebutuhan airnya adalah 2 liter per bibit, dan
6-12 bulan kebutuhan airnya adalah 3 liter per bibit.
8.
Seleksi Bibit
Pelaksanaan
seleksi tidak boleh dikompromi atau dilakukan dengan perasaan. Seleksi harus
dilakukan oleh staf yang bertanggung jawab, dalam hal ini mnimal level asisten.
Apabila meragukan, bibit ini harus diberitanda untuk dapat diperiksa lebih
lanjut oleh atasan atau staff yang memiliki keahlian dan lebih berpengalaman.
Bibit yang sudah dipastikan tidak bagus harus langsung dimusnahkan. Untuk itu
diharapkan untuk dicatatan dan segera dilaporkan semua bibit yang diafkirkan
atau dimusnahkan. Tahapan seleksi dilakukan sebanyak tiga kali yakni seleksi
pendahuluan dilakukan pada waktu penerimaan kecambah, seleksi kedua dilakukan
pada saat umur bibit telah mencapai 4 minggu setelah penanaman, dan seleksi
ketiga dilakukan pada saat umur bibit telah mencapai umur 12 minggu atau
sebelum dipindah ke large polybag.
Seleksi pendahuluan yakni seleksi
kecambah yang abnormal untuk di pisahkan dari kecambahan yang baik/bagus.
Keputusan untuk membuang kecambah yang tidak baik harus diputuskan oleh asisten
bibitan dan tugas ini tidak boleh di berikan ke mandor atau karyawan.
Adapun kriteria kecambah yang yang abnormal
adalah sebagai berikut:
a.
Belum jelas radicula
(berwarna putih) dan atau plumula ( berwarna kuning)
b.
Radicula atau plumula
yang busuk
c.
Ada pertumbuhan jamur
pada kecambah.
d.
Bentuk yang tidak normal
atau plumula dan radicula yang patah
Seleksi kedua dan ketiga dilakukan
setelah bibit telah berumur 4 minggu untuk seleksi kedua dan umur 12 minggu
untuk seleksi ketiga tujuan seleksi kedua dan ketiga memiliki tujuan yang sama
yakni mengafkirkan atau memisahkan bibit yang :
a.
Pucuk bengkok dan daun
berputar. Kondisi ini bisa saja disebabkan oleh penanaman kecmbah yang terbalik
atau faktor genetik (twistedshoot)
b.
Daun lalang atau daun
sempit (narrow leaf or grass leaf)
c.
Daun menyempit dan tegak
(stump or little leaf)
d.
Daun menyempit dan tegak
(acute or erect leaf)
e.
Daun yang menggulung (rolled leaf)
f.
Daun yang berkerut atau
keriput (crinkle leaf)
g.
Daun melipat (collante)
h.
Bibit kerdil (stunted)
i.
Chimaera. Penyakit ini
menyebabkan sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah pucat atau
bergaris kuning terang yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dari
jaringan yang normal.
j.
Bibit yang terkena serangan hama dan
penyakit. Bibit yang terkena serangan, bercak daun yang disebabkan oleh jamur corvalaria dan penyakit antracnose yang disebabkan oleh jamur
antara lain Botriodiplodia, Melanconium
elaidis, dan Glomerella singulata
harus diafkir.
3.
PEMBIBITAN
MAIN NURSERY
Pembibitan main nursery dapat
dilakukan apabila umur bibit di baby polybag telah mencapai 3-4 bulan atau 4-5
helai daun penuh.
Transplanting polybag, baik baby polybag sebelum dipindahkan maupun large
polybag (setelah dipindahkan) harus dilakukan dengan hati-hati. Pemindahan
tidak boleh dilempar, namun harus diletakkan dengan perlahan diatas tanah.
Table 6. Ukuran polybag
Umur bibit (bulan)
|
Ukuran polybag dibentangkan (cm)
|
9 -12
|
38 x 45 atau 35 x 50
|
12 – 18
|
45 x 60 atau 50 x 60
|
18 -24
|
60 x 75
|
Ukuran large polybag bila
dibentangkan adalah 0,15 mm
x 35 cm
x 50 cm
(setelah diisi tanah ± dimeter 23 cm
dan tinggi ±39 cm) berwarna hitam, dengan penguat 500 ‘gauge’ tahan lapuk,
dengan empat baris lubang dimulai dari tengah kantong plastik bagian bawah.
Ketebalan polybag harus merata, hal ini dapat dilihat dengan cara mengamatinya
dibalik sinar matahari. Tidak ada bagian yang terlihat terang dikarenakan
terlalu tipis. Kelenturan polybag harus cukup agar tidak rusak atau mudah robek
akibat panas matahari. Spesifikasi ini harus dan perlu dicantumkan dalam setiap
pembelian agar menjadi perhatian bagian atau divisi yang melakukan pembelian.
1.
Pengisian Polybag
Pengisian large polybag harus
dibalik, hal ini bertujuan untuk memudahkan pembentukan bundar pada dasarnya
dan silindris. Tanah
yang digunakan diusahakan tanah lapisan atas dengan kedalaman yakni 20 – 30 cm
tanah juga harus diayak melalui saringan 1 x1 cm untuk menghindari gumpalan
tanah, sampah dan akar tanaman. Tanah
perlu dicampur pupuk rock phosphat sebanyak 100 gr per polybag atau dapat juga
diberi pupuk Rhizagold sebanyak 40gr per polybag ditambah pupuk 10gr per
polybag hal ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar dan juga sebagai
penangkal serangan jamur ganoderma. Tanah yang dimasukkan tidak boleh tanah
yang basah, karena dapat mengganggu pertumbuhan akar karena kepadatannya.
Sebaiknya tanahnya bersifat lembab. Untuk mengisi 100 polybag memerlukan tanah
sebanyak 4,5 kubik tanah atau sekitar 1 ton tanah untuk 1200 polybag. Tiap 1
tenaga kerja mampu mengisi polybag sebanyak 200-500 polybag Tergantung jam kerja.
Polybag harus dipadatkan untuk mencegah agar tidak ada ruang yang tidak
terisi/polybag berlipat. Polybag diisi sampai ketinggian 2,5 cm dari bibir polybag.
Pengisian polybag harus sudah selesai diisi paling lambat 2 minggu sebelum
memindahkan bibit dari pre nursery, hal ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat
kepadatan tanah yang optimal/stabil setelah dilakukan penyiraman setiap hari.
Berat polybag yang telah terisi dapat mencapai 20-25 kg per polybag.
2.
Persiapan Transplanting PN ke MN
Persiapan penanaman atau
transplanting dari pre nursery ke main nursery apabila umur bibit telah
mencapai umur 3 bulan atau 4-5 helai daun utuh, alat yang dibutuhkan untuk
melubangi large polybag yang bernama ponjo yang tebuat dari pipa besi dengan diameter 10cm dan
tinggi 25 cm
pada ujung atasnya diberi gagang kiri/kanan yang berfungsi sebagai pegangan,
untuk pengangkut bibit dari pre nursery dapat berupa kotak yang terbuat dari
kayu yang berukuran 50 cm
x 60 cm
x 10 cm
yang diperkiakan dapat memuat 30 bibit, atau bisa juga menggunakan kereta
dorong (angkong). Jika penanaman akan dimulai pada keesokan harinya maka
polybag pada 1 hari sebelumnya telah disiram dengan air yang cukup. Tujuannya
agar pada saat melubangi tanahnya tidak akan longsor. Cara melubanginya yaitu
pipa/ponjo ditusukkan kebawah tepat ditengah polybag dan diputar, sehingga
tanah akan terikut oleh ponjo. Pelubangan sangat penting sebab jika pelubangan
tidak tepat ditengah polybag dapat menyebabkan tanaman akan dipinggir dan
mungkin pembagian pertumbuhan akar yang tidak seimbang juga saat memupuk tidak dapat
terbagi rata/keliling.
Dalam penanaman hal yang
harus dikerjakan adalah sbagai berikut:
a.
Kelompok membuat lubang
b.
Kelompok pengangkut bibit
c.
Kelompok penanaman.
Kelancaran penanaman sangat
tergantung dari pembagian tenaga kerja dalam tiga jenis kerja/kelompok
tersebut. Jika telah tiba dilapangan, baby polybag diecerkan kemudian polybag
ini diiris di dua belah sisinya, dalam melaksanakan pekerjaan harus hati-hati
jangan sampai memutuskan akarnya. Plastik polybag dibuka, bibit dimasukkan kedalam lubang
yang terletak pada leher tanaman. Setelah dilubang, maka tanah kiri – kanan
polybag dihentakkan, dan dipadatkan agar bibit jangan sampai bergerak atau
berpindah pada tempatnya. Tanah dipolybag dibuang bagian atasnya ±2cm hal ini
dimaksudkan untuk penampungan air pada saat penyiraman dan tempat mulsa.
Petak-petak penanaman tiap perjenis persilangan perlu dipisahkan.
90% bibit ditanam dengan jarak tanam
90 cm
segitiga sama sisi (13.800 polybag perhektar) Standar 12.500 polybag perhektar setelah
dikurangi jalan dan parit, sedangkan
sisa 5% yang disiapkan untuk sisipan ditanam dengan jarak 150 cm segitiga sama sisi.
Pengukuran jarak dilakukan dengan tali pengukur, tidak dengan pandangan mata
saja.
3.
Penyiraman
Penyiraman large polybag memerlukan 2
liter air perhari atau dengan sistem sumisansui kebutuhan air ini dapat
dipenuhi dengan penyiraman selama 60 menit. Air yang digunakan harus bermutu
baik dan bersih dengan pH air minimum 4.
4.
Hama dan Penyakit
Aplikasi pencegahan hama dan penyakit
dilakukan setiap minggu dan diaplikasikan secara rutin menggunakan fungisida
(contohnya Thiram 80 WP) saat bibit mulai memiliki daun ke-6. Pada saat
dilakukan pengendalian hama dan penyakit, penyiraman tidak dilakukan sebab akan
mencuci semprotan yang baru dilakukan. Penyiraman dapat dilakukan setelah
minimal 12 jam penyemprotan hama penyakit. Untuk bibit yang baru
ditransplanting tidak boleh dilakukan penyemprotan fungisida, insektisida, dan
juga herbisida karena kondisi bibit yang masih lemah akibat pemindahan yang
baru dilakukan.
Penyemprotan curative dilakukan untuk
eradikasi penyakit apabila muncul ciri-ciri penyakitnya. Apabila sudah
diketahui dan dipastikan jenis penyakitnya, langsung dapat di kendalikan, dan
disesuaikan dengan fungisida sistemik dan diaplikasikan setiap minggu. Setiap
minggu juga harus diganti jenis fungisidanya, hal ini bertujuan untuk mengatasi serangan penyakit.
Untuk
pengendalian hama jenis insektisida yang digunakan adalah:
Tabel 7. Jenis dan dosis insektisida
Jenis
|
Hama
|
Dosis
|
Dursban
75
|
Valangga
nigricornis dan locusta migratoria
|
2-3 ml/ liter air
|
Chypemethrin
|
3 cc/liter air
|
|
Deltamethrin
|
||
Betesifluthrin
|
Belalang juga menyerang bibit yang telah
dipindahkan ke pembibitan main nursery. Biasanya belalang akan
menyerang
daunnya. Sehingga menyebabkan menjadi berlubang-lubang dan mengurangi daya
asimilasi. Pemberantasan dengan salah satu obat dan diulangi setiap 7 hari.
Insektisida diletakkan didalam wadah yang khusus untuk tempat insektisida.
Tabel 8. Jenis dan dosis insektisida
Jenis
|
Hama
|
Dosis
|
Diptrex
95
|
Leaf
eating insects
|
1,5-2,0 gr/liter air
|
Furadan
3g
|
20 gram/liter air
|
|
Tamaron
|
2-3 ml/liter air
|
Tabel 9. Jenis dan dosis insektisida
Jenis
|
Hama
|
Dosis
|
Tedion
|
Red
spider mite
(Tungau merah)
|
1,5-2,0 ml/liter air
|
Rogor
40
|
||
Mitac
|
||
Dhimethoate
40%
|
1 cc/liter air+pelekat
|
|
Carbofuron
3%
|
Mealy
bugs
|
10 gr/bibit
|
Metaldehyde
5%
|
Slugs dan siput
|
Pasang
sesuai kebutuhan
|
Mealy bugs adalah sejenis kutu yang
tubuhnya tertutupi oleh lapisan lilin berwarna putih. Kutu ini terdapat
dihelaian daun dan pucuk. Red spider mite
biasanya berada dibawah permukaan daun yang sudah tua. Kutu ini berkembang baik
dengan cepat pada musim kemarau. Daun akan berwarna merah bagian atas
berbintik-bintik seperti jarum. Pemberantasan dengan penyemprotan. Acaricida diletakkan diwadah yang
dikhususkan untuk Acaricida.
Tabel 10. Nama produk fungisida dan bahan aktif yang
terkandung
Penyakit pada daun
|
Bahan aktif
|
Nama produk
|
Cercospora,
phythopthora
|
Mancozeb
|
Dithane
M-45 80 WP
|
Fusarium,
gleosporium
|
Manzate
200
|
|
Cercosprora,
fusarium
|
Chlorothalonil
|
Daconil
75 WP
|
Helminthosporium
|
||
Phytopthora
|
||
Anthracnose
|
||
Cercospora,
fusarium
|
Benomyl
|
|
Cercospora
|
Hexaconazole
|
Anvil
50 SC
|
5.
Pengendalian
gulma (Herbisida)
Semua
peralatan yang sudah digunakan di bibitan seperti alat semprot, ember, takaran,
pengaduk harus dipisahkan dan disimpan terpisah dari peralatan yang lain. Hal
ini untuk memastikan tidak dipergunakan untuk kegiatan penyemprotan pupuk daun
maupun pengendalin hama dan penyakit.
Pengendalian
gulma dipembibitan dalam baby maupun large polybag dilakukan secara manual
setiap bulan sampai bibit cukup umur untuk dipindahkan. Gulma didalam polybag
tidak diperbolehkan dikendalikan
menggunakan herbisida. 1 HK dapat menangani 3500 bibit dalam menangani
gulma.
Apabila
ada gulma antara jalur large polybag, pengendaliannya dapat dilakukan dengan
penyemprotan herbisida Eagle atau Round Up dengan dosis 2-2.5 liter per hektar
blanket (konsentrasi 0.5%) dengan menggunakan sprayer lengkap dengan polijet
kuning/ULV 200 dan posisinya harus lebih renda dari permukaan large polybag
pada saat semprotan. Untuk herbisida pratumbuh
dapat menggunakan ametyne, prometyne,diuron, linuron dan triziane 0,3-0,5%
(nozel polijet merah). Sedangkan penyemprotan herbisida purna tumbuh dapat
menggunakan paraquat 0,3% atau glyphosate
0,4-0,7% dan fluroxypyr 0,05-0,1%
(nozel polijet biru). Nozel dapat diproteksi dengan sebagian potongan dari berkas tabung herbisida.
Semaksimal mungkin semprotan dilakukan pada pagi hari 1 jam setelah penyiraman
air bila tidak ada angin. Apabila angin terlalu kencang semprotan perlu
dihentikan. Tindakan ini harus diawasi dengan ketat. Setelah perlakuan semprot
herbisida dilakukan penyiraman pada sore hari tidak perlu dilakukan.
Dipembibitan tidak dibenarkan melakukan penyemprotan dengan 2,4 D Amine atau translokasi herbisida yang
lain tanpa konsultasi dengan RC setempat. Kegiatan pembersihan gulma dapat
dilakukan 2 hingga 3 kali dalam sebulan.
Gulma
juga dapat dicegah dengan meletakkan mulsa cangkang kelapa sawit diatas tanah
dalam polybag. Peletakkan mulsa itu harus sendiri harus menutupi permukaan
tanah didalam polybag hingga ketebalan 2.5 cm namun tidak boleh hingga
menyentuh bibit itu sendiri, sebaiknya berjarak 1 cm dari bibit itu sendiri.
6.
Pemupukan
Penggunaan
bibit dalam large polybag menggunakan compound granular Fertilizer.
Tabel 11. Dosis pemupukan pada pembibiitan Main
Nursery
Umur bibitan ( Minggu)
|
Pupuk (per bibit)
|
9
|
3.5gr 15/15/6/4 + TE
|
10
|
3.5gr 15/15/6/4 + TE
|
12
|
07gr 15/15/6/4 + TE
|
14
|
07gr 12/12/17/2 + TE
|
16
|
07gr 12/12/17/2 + TE
|
18
|
07gr 12/12/17/2 + TE
|
20
|
07gr 12/12/17/2 + TE
|
22
|
07gr 12/12/17/2 + TE
|
24
|
7.5gr 12/12/17/2 + TE +
10gr kieserite
|
26
|
10gr 12/12/17/2 + TE
|
28
|
15gr 12/12/17/2 + TE
|
30
|
15gr 12/12/17/2 + TE
|
32
|
15gr 12/12/17/2 + TE
|
34
|
20gr 12/12/17/2 + TE +
15gr kieserite
|
36
|
20gr 12/12/17/2 + TE
|
38
|
25gr 12/12/17/2 + TE
|
40
|
25gr 12/12/17/2 + TE
|
42
|
30gr 12/12/17/2 + TE +
20gr kieserite
|
44
|
30gr 12/12/17/2 + TE
|
46
|
30gr 12/12/17/2 + TE
|
48
|
30gr 12/12/17/2 + TE
|
C.
PENANAMAN
1. Pola Tanam
Pola tanam
biasanya berbentuk segitiga sama sisi. Panjang sisi (jarak tanam) harus dibuat
se-optimal mungkin, sehingga setiap individu tanaman mendapat ruang lingkungan
yang memadai dan seragam untuk mendapatkan produksi per hektar yang maksimal
selama satu siklus hidup.
Jarak tanam
tergantung dari:
1) Iklim/ lingkungan sekitar : jenis tanah, topografi,
cahaya matahari dan air. Kekurangan salah satunya akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi.
2) Jenis bibit : leaf area index akan menentukan populasi
pohon. Jenis Avros tidak dapat ditanam dengan kerapatan tinggi karena lebar
daunnya hampir 5-6 m. Berbeda dengan compact clone ASD dapat ditanam dengan
populasi 170-200 per hektar karena panjang pelepah daunnya kurang dari 5 m.
3) Kebijakan manajemen : kebijakan sistem tanaman,
pemupukan dan praktek agronomi banyak mempengaruhi tumbuhan dan produksi.
Dari
pengalaman umum pada penanaman kelapa sawit :
1) Tanaman segitiga adalah sistem terbaik untuk sawit.
2) Jarak antara pohon seharusnya horizontal.
3) Angka optimal pohon per hektar bervariasi pada asal/
keturunan bibit, umur dan lingkungan.
4) Kompetisi antara pohon memulai berbeda umur dengan
environment (lingkungan) yang berbeda.
5) Produksi yang stabil dicapai pada umur 10 tahun
sesudah tanam.
6) Umumnya untuk tanah mineral, posisi tanaman yang
optimal 136-148 pokok/ha (makin subur tanah makin rendah populasi per ha).
Untuk tanah gambut populasi tanaman sekitar 160 pokok/ha.
Panjang sisi
(jarak tanam) ditentukan dengan rumus :
S= 107,46/ populasi/ ha
Dimana :
S : panjang sisi segitiga sama sisi
Pop/ha : jumlah pokok kelapa sawit/ ha
2.
Memancang
1. Tujuan memancang
a. Memberikan tanda - tanda untuk pembuatan lubang tanam,
sesuai populasi yang direncanakan.
b. Sebagai pedoman untuk pembuatan sarana (jalan), parit,
teras/tapak kuda, menanam kacangan.
2. Organisasi memancang
Setiap tim pancang terdiri dari 5 orang,
yaitu :
a. 1 orang tukang teropong.
b. 2 orang tukang pancang.
c. 2 orang tukang tarik tali.
3. Bahan dan alat
Berikut ini
ialah peralatan yang dibutuhkan:
a. Kompas.
b. Abney level/ clinometer.
c. Kayu pancang (pancang induk dan anak pancang).
d. Tali rami/ bambu atau kawat.
4. Teknis memancang
a. Areal perluasan/konversi : pekerjaan memancang dilaksanakan
setelah rumpukan kayu dan membuat blok,
tetapi sebelum penanaman kacangan.
b. Areal peremajaan : pekerjaan memancang dilaksanakan
sebelum pokok dibongkar.
5. Pemancangan areal datar
a. Jarak tanam dibuat sesuai table
b. Arah barisan tanaman adalah Barat – Timur
c. Buat pancang kepala setinggi 2,5 meter dan bagian
atasnya (± 30 cm ) dicat putih.
d. Tentukan batas-batas daerah/ blok yang akan dipancang
dan tetapkan sebuah titik sebagai patokan untuk memancang. Usahakan titik
tersebut adalah salah satu titik pertemuan collecting road dan main road.
e. Dari titik tersebut ditarik garis lurus Utara –
Selatan (0 - 180º), lalu dipasang pancang kepala, dengan jarak antar pancang 8
m (untuk populasi 136 pokok/ ha), hingga areal/ blok yang hendak dipancang.
f.
Dari
titik yang sama dibuat garis tegak lurus arah Timur- Barat (90º - 270º),
pancang kepala dipasang dengan jarak antar pancang 100 meter. Jadi untuk blok
yang lebarnya 300 meter terdapat 4 buah titik (A, B, C, D) dan pancang-pancang
tersebut dipakai sebagai patokan untuk memasang pancang kepala arah Utara –
Selatan, seperti diatas.
g. Tali/bambu sepanjang 100 meter yang telah diberi tanda
sesuai dengan jarak panjang sisi segitiga/ jarak tanam yang dikehendaki,
ditarik dari pancang kepala A ke B kearah Timur Barat (skema pemancangan dapat
dilihat pada gambar di halaman 4 - 7).
6. Pemancangan areal
bergelombang
Terdapat 2
cara untuk pemancangan areal bergelombang, yaitu :
a.
Cara
biasa
Pemancangan
dilakukan sama seperti pada areal datar. Jarak antar barisan dan jarak pokok
dalam barisan merupakan proyeksi dari jarak tanam pada areal datar. Perlu
diperhatikan setiap penarikan tali pancang harus selalu timbang air atau rata.
Pada areal bergelombang yang dipancang dengan cara ini perlu dibuat tapak kuda (teras
individu).
b. Cara Kontur
Pada
pemancangan cara ini, jarak antar kontur dibuat sesuai dengan proyeksi jarak
antar barisan pada pemancangan areal datar, sedangkan jarak pokok dalam kontur
diusahakan sama dengan jarak pokok pada areal datar. Buat pancang tanam di
kontur pertama, pancang kedua pada kontur yang sama berjarak sama dengan jarak
antar dua pokok dalam barisan pada areal datar. Pancang ketiga dan seterusnya
dibuat dengan cara yang sama. Pancang pada kontur kedua dibuat dengan cara
membuat segitiga proyeksi yang menghubungkan dua pokok di kontur pertama dengan
satu pokok di kontur kedua. Kemudian seperti cara diatas dilakukan pemancangan
untuk semua kontur dan seterusnya dikerjakan hingga kontur terakhir.
3.
Melubang
1.
Tujuan
:
a. Memberikan media tumbuh yang baik bagi akar tanaman
pada saat awal penanaman.
b. Mempermudah peresapan pupuk ke dalam tanah sehingga
mempercepat tanaman menyerap pupuk tersebut.
2.
Peralatan
:
a. Cangkul
b. Alat pengukur/ tongkat (mal/ patron) dengan ukuran 60
cm dan 90 cm.
3.
Teknis Lubang
a. Lubang tanaman telah dipersiapkan sebelum tanam.
b. Pancang tidak boleh diangkat sebelum pola lubang
digambar di atas permukaan tanah sehingga pancang tepat berada di tengah-tengah
pola tersebut.
c. Ukuran lubang adalah 60 cm x 60 cm x 40 cm.
d. Tanah hasil galian dipisahkan antara topsoil dan
subsoil, topsoil diletakkan di sebelah Selatan dan subsoil di sebelah utara
secara teratur dan seragam (lihat gambar) setelah lubang selesai, pancang
dikembalikan ke posisi semula.
e. Untuk menjamin keseragaman ukuran lubang tanam, setiap
pekerja di lengkapi dengan mal/ patron yang berukuran 60 cm dan 40 cm.
f.
Dinding
lubang tanaman harus tegak lurus dan tidak boleh berbentuk lain. Pada saat
penanaman, yang terlebih dahulu ditimbunkan adalah top soil dengan kedalaman ±
25 cm dari dasar lubang dan kemudian subsoil pada kedalaman sisanya.
4.
Memupuk
lubang
a. Jenis pupuk
1) Tanah mineral : Hanya diberikan 300 gram TSP untuk
setiap lubang tanaman.
2) Tanah gambut : Untuk setiap lubang diberi 300 gram
campuran yang mengandung Lime 230 gram + Rock Phosphate 40 gram + Copper
Sulphate 15 gram + Zinc Sulphate 15 gram.
Dan sesudah tanam,
diaplikasi 2.000 gram campuran yang mengandung Lime 1.550 gram + Rock Phosphate
250 gram + Copper Sulphate 100 gram + 100gram Zinc Sulphate dalam lingkaran
pelepah.
b. Teknis memupuk
1) Tanah galian, terutama topsoil dimasukkan ke dalam
lubang tanaman hingga ketinggian 20 – 25 cm.
2) Pupuk untuk lubang ditabur secara merata ke dalam
lubang tanam.
3) Pemberian pupuk dilakukan dengan takaran yang telah
distandardisasi.
4.
Menanam
Penanaman
harus dilakukan pada permulaan musim hujan dan perlu diawasi langsung oleh
mandor dan asisten Afdeling. Yang lebih dipentingkan ialah kualitas (mutu)
penanaman daripada kuantitas (jumlah) pohon yang ditanam.
1. Persiapan di pembibitan
Bibit yang
diseleksi untuk ditanam tidak kurang dari umur 12 bulan. Persiapan di pembibitan yang perlu mendapat
perhatian ialah:
a. Dua minggu sebelum dipindahkan bibit tersebut
dikumpulkan per masing-masing jenis persilangan dan sekaligus dilakukan seleksi
bibit yang tidak dipakai (afkir dan abnormal).
b. Sebelum diangkut bibit harus disiram dengan air
sehingga jenuh.
c. Waktu tanaman dalam polybag dimuat ke truk, jangan
sekali-kali memegang bagian tanaman.
d. Bibit diangkut dalam posisi tegak lurus.
e. Pengangkutan tiap hari harus disesuaikan dengan kemampuan
menanam, sehingga bibit dapat ditanam pada hari yang sama.
f.
Bibit
yang diangkut dengan truk harus disusun sehingga bibit berdiri satu per satu
dan tidak boleh saling tindih menindih.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam penanaman bibit :
a. Kualitas bibit (genetika dan kesehatannya) adalah
faktor utama yang menentukan produksi per ha.
b. Investasi yang sebenarnya dari perusahaan perkebunan
adalah bibit yang ditanam di lapangan, yaitu pokok yang ditanam sekarang akan
menentukan produksi selama satu generasi yang akan datang (25-30 tahun).
c. Oleh karena itu, untuk menjamin produksi yang akan
didapat, seleksi bibit di pre dan main nursery harus dilaksanakan dengan
sistematis dan ketat.
d. Bibit dengan genetik terbaik sekalipun, tetap tidak
akan memberikan hasil yang baik terutama bila perawatan di bibitan tidak penuh
perhatian.
5.
Administrasi dan Transportasi Bibit
a.) Kecepatan pengangkutan bibit ke lapangan disesuaikan
dengan laju penanaman.
b.) Asisten Divisi mengajukan surat permintaan bibit
melalui kantor besar kebun.
c.) Setelah disetujui Estate Manager atau staff yang
ditunjuk untuk itu, maka dibuat surat perintah pengeluaran bibit (DO) rangkap
4.
d.) DO diserahkan ke bagian transportasi untuk
pengambilan, pengangkutan, dan penyerahan bibit ke lapangan.
e.) Pengangkutan bibit sesuai dengan jumlah yang tercantum
dalam DO. Dalam hal ini pengawasan pengangkatan bibit ke dalam alat angkut
harus diawasi secara ketat.
f.) Setelah bibit sampai di tempat tujuan, DO harus
disahkan oleh penerima bibit (Asisten/Manager) dimana bibit tersebut akan
ditanam.
g.) DO yang telah disahkan didistribusikan kepada pejabat
(Asisten) dimana bibit ditanam, kantor besar asal bibit, Mantri Bibitan dan
bagian transport.
a.
Pengangkatan bibit setelah di lapangan (ecer bibit)
1) Pengangkatan harus dilakukan pada bola tanahnya secara
hati-hati agar tidak terjadi kerusakan bibit. Jangan diangkat pada leher
akarnya.
2)
Bibit
harus diangkat dalam keadaan berdiri dan bagian bawah ditopang dengan bahu.
Saat meletakkan bibit di sisi lubang harus hati-hati, jangan dibanting.
b.
Penanaman
1) Pelepasan large polybag dari bola tanah dilakukan
dengan cara mengoyaknya, lalu bibit diletakkan hati-hati ke dalam lubang yang
telah diberi pupuk dan ditimbun dengan top soil.
2) Permukaan atas bola tanah harus sejajar dengan
permukaan tanah asli. Jika belum sesuai maka penimbunan pertama perlu dikurangi
atau ditambah.
3) Berdirinya bibit harus benar-benar tegak. Letak bibit
di dalam barisan harus benar. Untuk mengontrol hal ini dapat diteropong ke tiga
jurusan (sistem mata lima).
4) Penimbunan dilakukan dengan memasukkan tanah galian
sedikit demi sedikit ke dalam lubang sambil dipadatkan. Pemadatan dilakukan
dengan menginjak tanah timbunan di sisi bola tanah. Jangan sampai menginjak
bola tanah.
5) Penimbunan dilakukan hingga tanah hasil timbunan padat
dan sejajar dengan permukaan bola tanah dan permuka
c.
Penyisipan
Penyisipan
adalah suatu pekerjaan penting di perkebunan kelapa sawit,
karena :
a. Untuk mendapatkan produksi per hektar yang maksimal.
b. Menekan pertumbuhan lalang dan gulma lainnya.
Penyisipan
harus dilakukan sedini mungkin. Penyisipan yang terlambat akan menjadi sia-sia
karena tanaman sisipan tersebut tidak dapat mengejar pertumbuhan tanaman awal.
1. Tanaman Sisipan
Prinsip
pelaksanaan teknis (bibit dan tanam) sama dengan pekerjaan penanaman. Akan
tetapi perencanaan, persiapan dan penguasaan teknisnya perlu lebih mendetail,
karena pekerjaan ini mempunyai resiko kegagalan yang fatal. Untuk merealisasi
tanaman yang homogen, sisipan perlu dituntas dalam waktu 12 bulan selepas mulai
tanam.
Sisipan
sebenarnya merupakan dana investasi ulangan akibat kegagalan pekerjaan awal
penanaman. Oleh karena itu perlu dipertegas bahwa sisipan yang dilaksanakan
harus menjamin kelangsungan hidup tanaman untuk diproduksi. Pekerjaan awal
sisipan yang terpenting adalah sensus dan identifikasi pokok.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penyisipan, antara lain:
a. Penyisipan pengganti pokok-pokok abnormal sebaiknya
dilakukan pada saat TBM, sedang pada TM penyisipan dilakukan bila keadaan
memungkinkan dan pertumbuhan tanaman baru tidak dibatasi oleh tanaman asli
(lama).
b. Penanaman pokok sisipan didasarkan pada umur tanaman
asli, yaitu :
1) Umur 0-3 tahun, setiap tanaman abnormal dan non-valuer
yang dibongkar dapat seluruhnya disisip.
2) Umur +/- 5 tahun, bila pokok abnormal tersebar merata
satu-satu, penyisipan tidak dilakukan.
c. Penyisipan hanya dilakukan bila :
1) Pokok abnormal yang dibongkar berkelompok (+/- 3
pokok/ kelompok) membentuk areal kosong dan disisip kurang dari
2) Pokok abnormal terletak di pinggir jalan (collection
road atau main road).
d. Waktu penyisipan dilaksanakan pada awal musim hujan.
e. Pokok sisipan ditanam pada bekas tanaman yang sudah
dibongkar agar barisan tanaman tetap lurus.
f.
Pemeliharaan
pokok sisipan dilakukan dengan intensif, antara lain :
1) Pemupukan
2) Penggarukan Piringan
(Rotasi perawatan diatas
mengikut tanaman asli).
D.
PEMELIHARAAN
1.
Tanaman Belum Menghasilkan
Kegiatan praktek yang dilakukan
diareal TBM diantaranya konsolidasi, penyisipan, garuk piring, pembuatan tapak
kuda, penanaman kacangan (Leguminosa cover crop), pemupukan, pengendalian hama
penyakit serta pemeliharaan jalan, parit dan drainase.
1. Konsolidasi
Konsolidasi adalah
kegiatan yang dilakukan untuk merehabilitasi tanaman yang baru ditanam.
Kesalahan tanam biasanya disebabkan oleh penanaman yang terburu-buru dan
kurangnya pengawasan sehingga mengakibatkan kerusakan tanaman, kelambatan atau
kelainan pertumbuhan bibit yang ditanam.
Kegiatan konsolidasi antara lain adalah
menginventarisasi tanaman yang mati, abnormal, tumbang dan terserang hama
penyakit serta menegakkan pohon yang tumbang dengan cara menimbun tanah
disekitar pangkal batang dan dipadatkan sehingga tanaman tegak kembali.
Konsolidasi pokok ini dilakukan pada umur TBM I dan TBM III jika terlambat
sulit untuk diperbaiki karena batang tanaman sudah besar.
2.
Penyisipan
Penyisipan
dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati, sakit atau kerdil sehingga
diperoleh tanaman yang tumbuh sehat dan seragam. Kegiatan ini dilakukan
berdasarkan hasil inventarisasi pada areal TBM tanaman yang perlu disisip pada
masa TBM I sampai III setiap satu bulan sekali, dan setelah TBM III penyisipan
cukup dilakukan setiap satu tahun sekali.
3.
Garuk
Piring
Kegiatan ini dilakukan dengan membersihkan gulma yang
terdapat disekitar tanaman kelapa sawit, gulma digaruk dengan menggunakan
cangkul, dengan radius 1 meter dari pangkal batang. piringan harus bebas dari
gulma untuk menghindari persaingan dalam penyerapan unsur hara antara gulma
dengan tanaman kelapa sawit. Rotasi garuk piringan ini dilakukan setiap satu
bulan sekali.
4.
Teras
Individu atau Tapak Kuda
Pembuatan
teras tapak kuda tepat pada pancang tanaman mula-mula tanah dibebeskan dari
humus, tunggul dan kayu-kayuan. Tanah galian disusun untuk tanah bagian yang
ditimbun, sedangkan tanah yang agak miring dicangkul dan diratakan dengan sudut
kemiringan 10°-15° kemudian dibuat benteng kecil dipinggir tanah timbunan
tersebut.
Teras tapak kuda dibuat pada bagian permukaan tanah
yang memiliki kecuraman atau kemiringan yang tinggi. Adapun tujuan dibuatnya
tapak kuda adalah apabila pada saat pemupukan unsur hara tidak langsung tercuci
tetapi tetap berada dalam piringan atau tapak kuda tersebut. Tapak kuda dibuat
pada areal TBM I (tanaman ulang). Pemeliharaan pada tahap awal diperlukan
pemeriksaan yang teratur untuk memperbaiki tapak kuda yang rusak, dan rehabilitasi
selanjutnya dilakukan setiap satu tahun sekali.
5.
Penanaman
Tanaman Penutup Tanah
Penanaman tanaman penutup tanah (Leguminosa cover
crop), sangat baik untuk mengurangi erosi permukaan tanah, memperbaiki aerasi,
menjaga kelembaban tanah dan menambah bahan organik serta cadangan unsur hara. Akar
tanaman kacangan dapat memfiksasi nitrogen dan juga dapat mencegah pertumbuhan
gulma. Jika tanaman telah menutupi areal dengan sempurna maka akan menghemat
biaya penyiangan gulma dan tanaman kelapa sawit dapat terhindar dari serangan
hama kumbang oryctes.
6.
Kastrasi
Kastrasi mulai dilakukan untuk tanah kelas 1 umur 14
bulan, dan kelas 2 atau seterusnya umur 18 bulan, kegiatan kastrasi meliputi :
a. Membuang bunga betina dan jantan menggunakan dodos
ukuran maksimal 8 cm dan disusun di gawangan mati.
b. Pada saat dimulai kastrasi dibulan ke 14 dan 18, maka
kegiatan kastrasi bunga betina yang ada dipohon non produktif tidak dibuang.
c. Kastrasi rotasi terakhir bunga jantan jangan dibuang
karena akan digunakan sebagai media pengembangan Elaidobius kamerunikus.
d. Pada tanah kelas 1 rotasi dimulai pada umur 14 dan
diakhiri pada umur 20 bulan dan tidak ada pemotongan pelepah segar pada
kastrasi.
7.
Sanitasi
Sanitasi dilakukan untuk mempermudah proses panen dan
mendapatkan kondisi buah yang baik pada saat mulai memanen yang dilakukan 3
atau 4 bulan sebelum panen pertama dimulai.
Kegiatan sanitasi mencakup :
a. Membuang tandan partenocarpy dan tandan busuk terutama
yang diserang tirathaba, tandan tersebut harus diletakan digawangan mati.
b. Membuang semua pelepah kering pada pangkal pohon dan
dilarang memotong pelepah segar.
c. Membersihkan semua sampah disekitar pohon untuk
memudahkan pengutipan brondol.
8. Pemupukan.
Kegiatan
pemupukan pada areal TBM sangatlah penting untuk meningkatkan pertumbuhan
vegetatif sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan kokoh serta persiapan
aktivitas pertumbuhan. Pengaruh pemupukan terhadap produksi bersifat jangka
panjang dan baru akan terlihat setelah 2 sampai 3 tahun kedepan. Jenis pupuk
yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK, yang diberikan dengan sistem tabur.
Jenis pemupukan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Urea diaplikasikan 1 bulan setelah penanaman dengan
dosis 250 gram / pokok.
b. KCL
diaplikasikan 3 bulan setelah penanaman dengan dosis 400 gram / pokok.
c. KIESRIT diaplikasikan 3 bulan setelah penanaman dengan
dosis 300 gram / pokok.
d. UREA diaplikasikan 4 bulan setelah penanaman dengan
dosis 300 gram / pokok.
e. TSP diaplikasikan 6 bulan setelah penanaman dengan
dosis 500 gram / pokok.
f.
HGFB
diaplikasikan 6 bulan setelah penanaman dengan dosis 10 gram / pokok.
g. UREA diaplikasikan 8 bulan setelah penanaman dengan
dosis 450 gram / pokok.
9.
Pemberantasan
Gulma
Sistem atau cara penyemprotan yaitu dengan cara
Blanket, dan pengaplikasiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali sesuai dengan
pertumbuhan gulma, serta alat-alat yang digunakan dalam aplikasi herbisida
yaitu : masker, sarung tangan, alat semprot (kep) dengan muata bobot 15 liter
air, dan kacamata.
Jenis herbisida yang diaplikasikan di kebun PT. KPC
adalah sebagai berikut :
a. Roll up digunakan untuk lalang.
b. Starane merupakan racun kontak.
c. Rolixone digunakan untuk semprot semak.
d. Garlon digunakan untuk membunuh anak kayu.
10.
Pengendalian
Hama
Hama yang mengganggu adalah hama tikus, upaya
pengamatan melalui tahap sensus. Sensus dilakukan dengan sampel 10 % dari
populasi tanaman, dilakukan secara regular dengan periode tiga bulan sekali,
apabila hama ditemukan lebih dari 10% maka perlu dilakukan pengendalian dengan
aplikasi klerat.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penggunaan
rodentisida klerat dengan jumlah 1 biji pertanaman dan pengendalian secara
konservasi dilakukan dengan pemanfatan musuh alami yaitu burung hantu (Tito alba), pemeliharaan Tito alba
dilakukan dengan memasang sarang per 15 hektar lahan.
11.
Pembuatan
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)
Pada perkebunan kelapa sawit TPH diperlukan sebagai
tempat penumpukan hasil panen agar tersusun rapi di tepi jalan pengangkut
sehingga mempermudah proses pengangkutan buah untuk ditransportasikan.
Standar TPH melputi :
a. TPH dibuat setiap 3 jalan rintis untuk areal datar,
sedangkan areal bergelombang dan berbukit disesuaikan dengan kondisi areal.
b. Ukuran TPH
1) TM I dan II 2 x 3 meter.
2) TM III dan seterusnya ukuran 3 x 4 meter
c. permukaan tanah pada TPH harus rata sehingga
memudahkan menempatkan TBS (tandan buah segar).
2.
Tanaman Menghasilkan
1.
Babat
Anak Kayu
Kegiatan Babat anak kayu / gulma di sekitar tanaman
kelapa sawit, pasar pikul dan TPH, tujuan dari kegiatan ini untuk mencegah
terjadinya persaingan dalam mengambil unsur hara di dalam tanah.
2.
Garuk
Piringan
Kegiatan
membuang gulma atau sisa brondolan yang tertinggal di piringan, dengan
menggunakan alat cangkul yang berbentuk seperti tangan manusia, piringan
berfungsi sebagai tempat penyebaran pupuk, serta tempat jatuhnya brondolan, dan
mempermudah pengangkutan buah ke TPH.
3.
Pemangkasan
(Pruning)
Alat yang digunakan untuk memangkas adalah dodos,
pemangkasan dilakukan pada pelepah pokok yang tingginya telah mencapai satu
meter selain itu pemangkasan juga dilakukan untuk membuang pelepah yang kering,
pelepah yang telah dipangkas tidak diperbolehkan dibuang disembarang tempat,
tetapi harus disusun pada rumpukan. pemangkasan tidak dibolehkan membuang
pelepah pokok yang masih muda karena pelepah tersebut masih aktif dan
dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses fotosintesis.
4.
Pemupukan
Pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya
yang cukup besar yaitu sekitar 40% – 60% dari total pemeliharaan. Oleh karena
itu, agar tercapai hasil pemupukan yang optimal maka pupuk yang digunakan harus
sesuai dengan rekomendasi yang telah ditetapkan.
Jenis pupuk yang diaplikasikan diperkebunan sawit
yaitu Urea yang berfungsi untuk membantu proses penyuburan pada daun, MOP
berfungsi untuk mempercepat proses pembuahan, dan TSP berfungsi untuk
pertumbuhan akar dan pembentukan biji, serta kaptan pada tanah gambut berfungsi
untuk menetralisir keasaman tanah.
Pupuk yang diaplikasikan pada areal TM di divisi III adalah
pupuk TSP dengan dosis 500 gram pada tanaman berusia 3 tahun dan Urea dengan
dosis 1.250gram pada tanaman berusia 3 tahun.
5.
Kegiatan
Pemotongan Pelepah Kelapa Sawit
Kegiatan ini adalah memangkas pelepah tanaman kelapa
sawit yang menaungi daerah jalan. Tujuannya supaya jalan tidak terlindungi oleh
cabang-cabang kelapa sawit, sehingga cahaya matahari dapat menembus langsung ke
bagian badan jalan, dan pada musim hujan kelembaban tanah cepat diatasi.
6.
Pemberantasan
Gulma
Sistem atau cara penyemprotan yaitu dengan cara
Blanket, dan pengaplikasiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali sesuai dengan
pertumbuhan gulma, serta alat-alat yang digunakan dalam aplikasi herbisida
yaitu : masker, sarung tangan, alat semprot (kep) dengan muatan bobot 15 liter
air, dan kacamata.
Jenis herbisida yang digunakan adalah sebagai berikut
:
i.
Round
up digunakan untuk lalang.
ii.
Starane
merupakan racun kontak.
iii.
Rolixone
digunakan untuk semprot semak.
iv.
Erkafuron.
v.
Garlon
digunakan untuk membunuh anak kayu.
7.
Aplikasi
Pengendalian Hama Tikus dengan Klerat
Pengaplikasian tikus dengan klerat bertujuan untuk
meminimalkan serangan hama tikus diperkebunan bukan membasmi hama tikus, cara
yang digunakan dengan menggunakan rodentisida yang bermerek dagang Klerat
(campuran lilin, beras busuk, dan warfarin/racun). Teknis pemasangan Klerat
memasang Klerat harus perjaringan agar memudahkan pengontrolan pekerjaan karyawan,
tiap tiap satu pohon diletakkan dipangkal batang pohon.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penggunaan
rodentisida Klerat dengan jumlah 1 biji pertanaman dan pengendalian secara
konservasi dilakukan dengan pemanfatan musuh alami yaitu burung hantu (Tito alba), pemeliharaan Tito alba dilakukan dengan memasang
sarang per 15 hektar lahan
E.
PANEN
Segala usaha
yang dilakukan semenjak membuka lahan, mulai persiapan bibit, LC, Tanam
kacangan, membuka Jalan & Parit, Perawatan, Pemeliharaan Tanaman Sawit
semuanya dengan tujuan untuk :
a.
Memulai
panen lebih awal (mengurangi jangka waktu TBM) 24-26 bulan mulai tanam
dilapangan.
b.
Mencapai
produksi tertinggi lebih awal (10-12 ton TBS/hektar).
c.
Mencapai
kumulatif produksi yang tertinggi (>26 ton TBS per hektar).
d.
Memberi
ROI (Return on Investment) lebih awal.
Jika ini menjadi sasaran,
persiapan di lapangan harus terfokus ke arah :
a.
Persiapan
bibit yang berkualitas, tumbuhan homogen dan segar dan semuanya 12-14 bulan
sewaktu tanam di lapangan. (Tanaman bibit berumur di bawah 12 bulan maupun
bibit lebih umur dihindari).
b.
Persiapan
lahan dan tanaman kacangan semuanya pada tepat waktu.
c.
Jarak
tanam dan penanaman sesuai standard.
d.
Pemeliharaan
dilaksanakan pada waktu tepat. Pekerjaan perawatan di jalan dengan pengawasan
baik.
e.
Menjamin
tanaman segar dengan jadwal pemupukan dilaksanakan pada bulan yang dijadwalkan
dengan dosis yang tepat dan diapplikasi dengan pengawasan yang ketat.
f.
Pemeliharaan
dengan baik dengan kepastian populasi per hektar tetap sesuai tanaman awal dan
juga semua pohon berproduktif. (Dilakukan non-produktif palm sensus).
g.
Serangan
hama dan penyakit terkontrol.
h.
Kastrasi
dan sanitasi dilakukan pada waktu tepat.
i.
Menentukan
populasi serangga Elaeidobius kamerunicus cukup untuk sebukan sempurna).
j.
Pasar
pikul, titi panen, jalan dan jembatan menyambung untuk langsiran dan
trasportasi TBS lengkap.
k.
TPH
sudah disedia.
l.
Enam
bulan sesudah kastrasi awal dimonitor perkembangan produksi dan matangan buah.
m. Memberi training dan mempersiapkan mandor, karyawan
panen, kerani buah, kerani muat cukup keperluan
n.
Standard
Kematangan Buah
o.
Tersedia
alat dan perlengkapan.
p.
Tanda
jalur tanaman untuk memudahkan identifikasi dan pasang patok blok.
Tujuan panen
adalah memanen semua buah dengan kematangan optimal untuk memastikan rendimen
yang tertinggi. Buah yang mengkal dan kurang kematangan lebih cenderung
kehilangan rendimen dan juga mempengaruhi proses rebusan dan treshing. Maka ini
perlu dielakkan. Sebaliknya panen buah yang terlalu matang oleh karena
terlambat pusingan panen menaikan biaya panen dan pengaruhi qualitas dan mutu
kandungan minyak. Buah kelapa sawit biasanya sudah matang selama 51/2 – 61/2
bulan setelah penyerbukan. Secara praktis proses pemasakan tandan sawit
mula-mula dapat dilihat dari perubahan warna buah sawit sebagai berikut :
a. Mula-mula buah kelapa sawit berwarna hijau oleh karena
zat chlorophyll.
b. Kemudian berubah menjadi hitam oleh karena zat warna
anthocyanin.
c. Akhirnya merah/orange oleh karena dipengaruhi zat
warna beta-carotene.
1.
Organisasi Panen :
a. Standar Kematangan Tandan
Syarat-syarat
tandan yang boleh dipanen jika jumlah berondolan telah jatuh sebanyak 1
brondolan/berat tandan rata rata dengan artinya jika berat tandan rata rata 10
kg maka jumlah brondolan yang jatuh minimum 10 butir. Berat janjang setelah dipotong adalah
merupakan suatu ketentuan bahwa tidak boleh ada janjang dibawah ketentuan
standar buah yang panen. Bagi karyawan ketentuan seperti ini agak sulit untuk
mengerti. Maka managemen dilapangan perlu membuat satu ketentuan yang mudah
dimengerti oleh para karyawan.
Misalnya :
Tanaman tahun 2003. Berat Janjang rata rata 10 kg.
Asal ada 5
berondol di piring janjang ini dapat dipanen. Ini dengan ketentuan apabila
janjang ini dipanen dan jatuh dari atas pohon kebawah tetap akan berondol lagi
dengan impact jatuh dari atas dengan memenuhi kriteria.
b. Tugas Pemanen :
1. Memotong semua tandan yang matang sesuai standard
kematangan yang ditentukan.
2. Pemotongan pelepah dilakukan sesuai ketentuan standar.
Ini dilakukan semepet mungkin ke batang pohon dan harus ditinggalkan dua (2)
lingkaran pelepah dibawah tandan yang terbawah.
3. Pelepah daun bekas pemotongan harus diatur rapi sesuai
ketentuan.
4. Gagang tandan dipotong sependek mungkin.
5. Berondol yang tersangkut disela batang pelepah semua
dikeluarkan.
6. Mengumpulkan semua tandan yang dipanen, disusun rapi
di TPH dan diberi nomor sesuai nomor pemanen, nomor ancak dan jumlah janjang.
c. Tugas Tukang Berondol :
Karyawan
Pengutip Berondolan melakukan tugasnya mengikuti pemanen. Pada jangka awal
panen tanaman muda dan musim trek 1 tukang berondol cukup ikuti dua pemanen.
Apabila produksi mulai meningkat 1 Tukang Berondol ikuti 1 Tukang Panen.
Semua
berondol dikutip bersih bebas sampah, pasir, batu dan lain-lain kotoran
termasuk yang masih ketinggalan diketiak – ketiak pelepah harus dikumpulkan dan
dimasukkan ke dalam karung pupuk.
Semua karung
(bekas karung pupuk) harus seragam yang beratnya sama +/-25 kg. Jika diisi
penuh. Ini diberi nomor sesuai dengan nomor pemetik berondol.
Rendeman
berondolan mencapai rata rata 40-50%, maka amat mutlak semua berondol dikutip
rapi dan bersih.
2.
Pengawasan :
Panen dan
pengangkutan TBS merupakan kegiatan yang sangat berpengaruh dalam penentuan
mutu produk crude palm oil (CPO) oleh kerana itu diperlukan pengawasan pada
proritas tertinggi.
a. Tugas/Tanggung Jawab Mandor Panen :
1) Menentukan dan memastikan semua karyawan panen dan
tukang berondol dialokasi ancak sesuai rencana kerja harian.
2) Untuk memastikan semua karyawan kerja sesuai ketentuan
standar untuk menjamin quality dan quantity.
3) Untuk memastikan semua ancak dikerjakan penuh dan
tuntas, dari ujung ke ujung, rawa, bukit dan di pinggir pringan.
4) Memberikan sanksi bagi karyawan yang bekerja tidak
mengikuti standar
5) Menentukan karyawan tidak pindah keancak berikut
sebelum selesai dan lapor ke mandor.
6) Bilamana ada karyawan yang mangkir, ancak dialokasi ke
karyawan yang berdekatan dan tidak boleh ditinggalkan untuk dikerjakan besok
hari.
7) Memastikan karyawan tidak meninggalkan tempat kerja
sebelum memenuhi minimal 7 jam kerja.
8) Spot hitung janjang yang disusun di TPH untuk
meyakinkan angka yang dicatat karyawan benar.
9) Mandor itu bekerja dengan penuh berdedikasi, jujur dan
berdisiplin.
b. Tugas dan Tanggung Jawab Kerani Buah :
1) Mencatat jumlah tandan dan jumlah karung brondolan
yang telah terkumpul di TPH dari masing-masing pemanen dan tukang berondol.
2) Menentukan semua janjang memenuhi kriteria panen dan
kualitas yang dapat diterima.
3) Memastikan semua TBS dan berondol dikirim ke Pabrik
pada hari yang sama. Kiriman perlu dilakasanakan secara prioritas mulai dari
lokasi yang paling rawan.
3.
Metode dan Cara Panen :
Panen harus
diorganisir sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok akan menjadi
kelompok yang kompak baik untuk memudahkan pengawasan maupun untuk effisienci
pengangkutan TBS.
Ancak
ditentukan ancak tetap tetapi ancak giring. Apabila musim puncak dengan
kerapatan buah tinggi pengawasan terfokus kepada jumlah janjang yang dipanen.
Sebaliknya pada musim trek karyawan wajip kerja minimal 7 jam dinas maka untuk
mengcover areal, karyawan harus panen semaximal mungkin untuk mencari basis
borong.
3.
BAB
IV
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Setelah praktik lapangan yang
dilakukan di PT. SAMUKTI KARYA LESTARI maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
- Sistem pembibitan yang dilaksanakan di PT. SAMUKTI KARYA LESTARI
adalah sistem dua tahap yaitu sistem pembibitan awal (Pre – Nursery) dan
pembibitan utama (Main – Nursery) dan menggunakan system irigasi
Simisansui.
- Manajemen yang digunakan dalam pembibitan di PT. SAMUKTI KARYA
LESTARI terdiri dari perancanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan telah berjalan dengan baik dan mengikuti sesuai yang telah
direncanakan oleh perusahaan.
- Untuk panen PT. SAMUKTI KARYA LESTARI menggunakan sistem ancak “
giring tetap”.
- Penanaman bibit kelapa sawit dilahan gambut sebaiknya menggunakan
sistem lubang tanam “hole in hole”
(lubang dalam lubang) yang bertujuan untuk memperkokoh tegaknya tanaman
sawit dilahan gambut.
2. SARAN
Berdasarkan
praktek kerja lapangan yang dilakukan di PT SAMUKTI KARYA LESTARI penulis
menyarankan untuk segera membangun PKS di areal perkebunan agar kandungan ALB
dalam buah sawit tidak meningkat akibat bermalam dalam perjalanan yang menempuh
perjalanan hingga lama 14 jam menuju unit PKS di kebun CISADANE SAWIT RAYA
ditambah dengan waktu muat angkut setelah panen dan setelah sampai di PKS.
Penulis menyarankan hal ini didukung dengan areal yang telah siap panen
mencapai luasan 2675.05 Ha dari total luasan yang ditanami yakni 7292.17 Ha dan
luasan HGU 10425.30 Ha.
DAFTAR PUSTAKA
Pahan, I. 2008.
|
Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga
Hilir. Penebar
Swadaya, Jakarta.
|
||
Sastrosayono, S.
2003.
|
Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
|
||
Sunarko. 2007.
|
Petunjuk Praktis Budidaya dam Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
|
||
Sunarko. 2007.
|
Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
|
||
Sukamto, H.
2011.
|
Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa
Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
|
||
Buku Pintar
Mandor Kelapa Sawit (BPM-KS) PT. Samukti Karya Lestari.
|
|||
Comments
Post a Comment